Bambang Eko B.Y

Bambang Eko B.Y. adalah seorang profesional yang berpengalaman dan memiliki latar belakang yang beragam, lahir pada tanggal 21 Oktober 1967 di Jakarta. Dengan gelar Sarjana Hukum yang diperoleh pada tahun 1998, Bambang Eko telah mengejar pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan keterampilan melalui berbagai pelatihan, termasuk kursus Manajer Keamanan dengan PT. PROTECOM pada tahun 2002 dan Civic Education for Future Indonesia Leader (CEFIL) pada tahun 1997.

Sejak tahun 2019, Bambang Eko telah menjabat sebagai Deputi Direktur Tanggap Bencana di Yayasan Penabulu, menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan masyarakat dan respons terhadap bencana. Perannya yang mencolok sebagai Team Leader dalam berbagai proyek, termasuk penyelesaian konflik di area pertambangan, pemetaan partisipatif di daerah terpencil, dan upaya bantuan bencana di daerah yang terkena gempa dan tsunami menegaskan kontribusinya dalam memfasilitasi proses kolaboratif yang memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya.

Selain itu, Bambang Eko juga terlibat dalam upaya konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, bekerja sama dengan organisasi seperti WWF dan Yayasan PEKA Indonesia. Sebagai Manajer Program, ia telah memimpin inisiatif untuk memperkuat kerangka institusional dan mempromosikan praktik-praktik yang bertanggung jawab di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan.

Di luar pekerjaannya, Bambang Eko dikenal karena integritasnya, ketahanannya, dan dedikasinya yang teguh terhadap penyebab kemanusiaan. Kemampuannya untuk menavigasi lanskap sosial-politik yang kompleks dan memfasilitasi kemitraan inklusif menegaskan keefektifannya sebagai pemimpin dan agen perubahan.

Secara keseluruhan, Bambang Eko B.Y. adalah individu yang berbakat dan didorong oleh tujuan yang mendalam untuk melayani masyarakat, melindungi lingkungan, dan mempromosikan keadilan sosial. Pengalamannya yang luas, ditambah dengan semangatnya dalam advokasi dan pembangunan kapasitas, menjadikannya sebagai aset berharga dalam menciptakan dampak positif dan meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tantangan.

Haris A. Ch. Oematan

Haris adalah seorang individu yang luar biasa, memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan komunitas dan advokasi untuk isu-isu sosial yang relevan. Sejak masa kuliahnya di Universitas Nusa Cendana Kupang, Haris telah aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, menunjukkan sifat rendah hati, integritas, dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Sebagai seorang yang proaktif dan mudah beradaptasi, Haris telah berhasil memimpin berbagai proyek dan organisasi selama bertahun-tahun. Dalam perannya sebagai Direktur CIS Timor, Haris telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola tim dan mengkoordinasikan berbagai inisiatif, termasuk menjadi koordinator dalam berbagai aliansi dan jaringan kerja.

Pengalaman Haris dalam berbagai forum dan komunitas, termasuk sebagai penasihat dalam pengurangan risiko bencana, menunjukkan keahliannya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Haris juga telah terlibat dalam pengembangan program-program untuk berbagai organisasi, menunjukkan komitmenya terhadap pemberdayaan dan inklusi sosial.

Meskipun memiliki keterbatasan dalam percaya diri untuk mengembangkan layanan jasa, Haris tetap menunjukkan kemampuannya dalam membangun relasi dan berkontribusi dalam berbagai kampanye dan advokasi. Dengan dedikasi dan komitmennya terhadap isu-isu sosial, Haris terus menjadi sosok yang inspiratif dan berpengaruh dalam memajukan masyarakat lokalnya.

Muchamad Awal

Awal, seorang yang awalnya pendiam dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat, mulai menunjukkan perubahan ketika memasuki masa SMA. Di saat itu, dia mulai aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada tahun 1997, Awal memulai perjalanan kuliahnya di Kampus Universitas Indonesia, mengambil jurusan Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya. Tak hanya itu, dia juga menjalani kuliah S1 Manajemen di STIE Adhi Niaga Bekasi.

Selama masa kuliahnya, Awal sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan ikut berperan dalam Gerakan 98, sebuah gerakan mahasiswa yang bersejarah di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Awal mulai terlibat dalam dunia kerja dengan bergabung di posko Mapala UI dan Yayasan Bumoe Leuseur di Aceh. Di sana, Awal dan timnya memberikan layanan penting seperti penyediaan data kondisi para penyintas dan pembuatan database menggunakan metode pemetaan GIS.

Awal berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi besar seperti UNOCHA, UNICEF, UNHCR, dan UPC (Urban Poor Consorsium) antara tahun 2005-2008. Pelayanan yang mereka berikan meliputi asesor, survei, konsultasi, dan pendampingan dalam berbagai bidang seperti kehidupan berkelanjutan, pertanian, lingkungan, permakultur, dan mitigasi bencana. Selama dekade terakhir, mereka telah bekerja dengan lebih dari 80 mitra, termasuk komunitas dan perusahaan swasta.

Awal sangat memperhatikan masyarakat di daerah terpencil, terutama keluarga-keluarga yang tinggal di daerah dengan akses minim. Dia menyadari bahwa budaya pemerintah yang cenderung menyamaratakan kebijakan secara nasional seringkali menimbulkan kesenjangan di daerah-daerah terpencil tersebut. Awal berpendapat bahwa kebijakan pemerintah seharusnya lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dia percaya bahwa mengakomodasi kebijakan lokal ke dalam kebijakan nasional akan menguatkan kearifan lokal dan memperkuat persatuan bangsa. Di setiap langkahnya, Awal berusaha untuk menyelaraskan kebijakan nasional dengan realitas lokal, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia secara keseluruhan.

Putu Hendra Wijaya

Hendra adalah seorang profesional yang berbakat dan berpengalaman dalam pengelolaan proyek, khususnya dalam konteks kajian isu kemanusiaan. Meskipun pendidikannya terhenti di fase penyusunan skripsi program S1 Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, namun ia telah mengembangkan keahliannya selama bertahun-tahun dalam berbagai organisasi dan proyek.

Selama lima tahun terakhir, Hendra telah menjadi bagian integral dari Yayasan “Pujiono Centre” Indonesia. Di sana, ia terlibat dalam memfasilitasi pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Desa Bersaudara, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh. Selain itu, perannya sebagai anggota Tim Fasilitator penilaian Indeks Ketahanan Daerah menunjukkan kontribusinya dalam upaya peningkatan ketahanan daerah, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai Pelaksana Harian Direktur Pujiono Centre, Hendra telah menunjukkan kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan proyek-proyek penting, termasuk “Locally-led Disaster Preparedness and Protection”. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab atas pengelolaan program dan menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap misi organisasi.

Selain itu, Hendra juga terlibat dalam penelitian dan publikasi yang signifikan, bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Humanitarian Advisory Group, Oxfam in Indonesia, dan Palang Merah Australia. Kontribusinya terhadap Bencanapedia sebagai salah satu kontributor menunjukkan komitmennya terhadap berbagi pengetahuan dan memperluas akses terhadap informasi yang relevan dalam penanggulangan bencana.

Dalam perannya sebagai Communications & PR Manager, Hendra adalah wajah dari Pujiono Centre dalam berbagai forum dan jaringan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kemampuannya dalam berkomunikasi dengan aktor-aktor kemanusiaan nasional dan internasional menjadi aset berharga bagi organisasi tersebut.

Secara keseluruhan, Hendra adalah seorang profesional yang memiliki kombinasi unik dari keahlian dalam pengelolaan proyek, kepemimpinan, komunikasi, dan keterlibatan dalam isu kemanusiaan. Dedikasinya terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh menjadikannya aktor penting dalam upaya-upaya tersebut.

Subhan

Dengan latar belakang pendidikan sarjana akuntansi 17 tahun lalu di Institut Perbanas, Subhan memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi dan khususnya untuk NGO. Kemampuan komunikasi yang baik, kreatif, dan inovatif ditempuhnya saat menjadi mentor dalam penyusunan SOP Keuangan di beberapa NGO lokal, termasuk di Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan wilayah lainnya.

Pengalaman organisasional dimulai saat kuliah, saat bergabung dengan Pecinta Alam Mahasiswa. Keanggotaan tersebut membutuhkan integritas tinggi, tanggung jawab penuh, dan komitmen kuat, sehingga Subhan pernah dipercaya sebagai pemimpin (Ketua Mapala) selama 2 periode kepemimpinan 2023-2024.

Kemudian selain itu dengan pengalaman di organisasi Penabulu dalam memimpin Tim Keuangan beberapa project penabulu dari tahun 2013 hingga 2018, dan sebagai Internal Control Coordinator project Global Fund PR Konsorsium Penabulu-STPI periode tahun 2021-203.

Subhan telah berhasil mengelola keuangan, menyusun laporan publik, dan mengelola dana hibah untuk proyek-proyek NGO. Di Yayasan Penabulu dan Islamic Relief Worldwide, ia bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasi bulanan. Subhan juga memiliki pengalaman dalam pengendalian keuangan, termasuk perencanaan dan pengendalian anggaran di berbagai proyek, seperti dalam The Global Fund ATM Project PR Komuitas Konsorsium Penabulu-STPI. Keahlian dalam beberapa software akuntansi, termasuk Microsoft Dynamic AX, Quill, dan SANGO, menambah nilai pengalamannya yang luas selama 15 tahun di berbagai NGO dan proyek-proyek besar.

Subhan menonjolkan keberhasilannya dalam kepemimpinan sebagai ketua Pecinta Alam dan kemampuannya dalam menyusun SOP Keuangan di berbagai NGO lokal. Dia memiliki pengalaman yang luas dalam manajemen keuangan, penyusunan laporan keuangan, dan pengelolaan dana hibah untuk proyek-proyek NGO, terutama di Penabulu Foundation dan Islamic Relief Worldwide. Subhan juga mencerminkan keahliannya dalam pengendalian keuangan, termasuk perencanaan dan pengendalian anggaran, serta persiapan untuk audit lembaga atau proyek di lapangan. Keahliannya dalam beberapa software akuntansi, seperti Microsoft Dynamic AX, QuillTM, dan SANGO, mencerminkan ketekunan dan adaptabilitasnya dalam lingkungan kerja yang beragam.

Akbar Ali

Akbar Ali adalah seorang profesional yang memiliki pengalaman dan keahlian yang luas dalam berbagai bidang, termasuk Perencanaan Perkotaan dan Regional, Program WASH, Pengembangan Tenaga Kerja, dan Manajemen Lingkungan. Dengan latar belakang gelar Sarjana di bidang Perencanaan Perkotaan dan Regional dari Institut Teknologi Bandung, Akbar telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin proyek-proyek pembangunan yang kompleks.

Sebagai seorang Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran (MEL) Specialist, Akbar telah terlibat dalam merancang dan melaksanakan sistem M&E untuk proyek-proyek internasional seperti IFES Indonesia dan USAID INVEST DM 2.0. Kemampuannya dalam merancang proposal proyek dan menerapkan kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang logis telah membantu memastikan keberhasilan implementasi proyek.

Akbar juga memiliki pengalaman yang kuat dalam manajemen program dan kegiatan pengembangan masyarakat. Sebagai Senior Monitoring, Evaluasi, Penelitian, dan Pembelajaran (MERL) Specialist untuk Penabulu Foundation, ia telah memimpin evaluasi proyek-proyek berdampak besar seperti CO-EVOLVE 2 dan ECHO Green. Keahliannya dalam mengelola dan menganalisis data evaluasi telah membantu menyediakan wawasan berharga untuk perbaikan program dan kebijakan.

Dalam kariernya, Akbar telah berperan sebagai koordinator proyek, penasihat teknis, dan manajer program untuk berbagai organisasi dan lembaga, termasuk YAPPIKA-ActionAid dan PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. Keterampilan komunikasinya yang kuat dan kemampuannya untuk bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan telah menjadi kunci kesuksesan proyek-proyek yang ia pimpin.

Dengan kualifikasi pendidikan yang kuat, keahlian yang luas, dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, Akbar Ali merupakan sosok yang berharga dalam bidang pengembangan internasional dan manajemen program di Indonesia. Dedikasinya terhadap kemajuan masyarakat dan pengalaman praktisnya membuatnya menjadi pemimpin yang efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang kompleks.

Anggoro Budi Prasetyo

Anggoro beberapa teman memanggil Angie, lahir di Magelang, sarjana Arkeologi seringkali dibilang sarjana batu akik dengan gelar magisternya di bidang penanggulangan bencana. Anggoro seorang yang ramah dan supel, mudah bergaul serta tidak tegaan bahkan sebagian orang mengatakan tidak tegas kalau berhubungan dengan urusan personal. Namun kalau untuk urusan kelembagaan dia akan bisa sangat tegas.  Relasinya dengan teman-teman sejawat di pekerjaan sosial maupun dengan pemerintah dan masyarakat tidak diragukan lagi. 

Sejak masih mahasiswa di tahun 1997 sudah terlibat dalam kegiatan Mapala dan juga beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya. Hal itu yang mendorongnya dalam kerja-kerja organisasional lainnya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setelah dari beberapa Pusat Studi di kampusnya sebagai asisten peneliti. Tahun 2003 bergabung dengan LSM yang bergerak di isu gender sebagai CO hingga menjadi koordinator dan PLH ketua lembaga. Kemudian di tahun 2013 dipercaya sebagai direktur LSM yang bergerak di isu gender dan kebencanaan. Dan di tahun 2018 berpindah ke LSM yang isu utamanya kebencanaan, humanitarian dan perubahan iklim. Karena dedikasinya di dalam pengarusutamaan gender di DIY, dia mendapatkan anugerah Gender Champions dari Pemerintah DIY di tahun 2019. Sempat menjadi Koordinator maupun presidium di beberapa jejaring seperti Gender Working Group (GWG) DIY dan Forum Suara Korban Bencana, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY sampai sekarang.

Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Terlibat sebagai seorang fasilitator nasional BNPB sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Hal yang cukup unik dari seorang Anggoro dikenal sebagai direktur berbagai lembaga, dikarenakan selain sebagai koordinator di IHAP, kemudian sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana dan Koordinator Bidang di Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY. Setelah itu diminta untuk menjadi Direktur di LSM Aksara bersamaan sebagai koordinator GWG Jogja, lalu tahun 2018 diminta sebagai Direktur Pujiono Centre hingga sekarang. Hal tersebut harus dilakukan karena ketertarikannya dalam isu kebencanaan, perubahan ikilim, humanitarian serta pengarusutamaan gender terutama dalam perencanaan penganggaran yang responsif gender. Di isu-isu tersebutlah kiprahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, namun tidak mengurangi ketertarikan untuk belajar di isu-isu lainnya yang tetap dilakukan hingga saat ini.

 

M. Suhud Ridwan

Muhammad Suhud Ridwan, S.Th.I., lahir di Jakarta pada 27 Februari 1982. Dia adalah lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan gelar Strata 1 dalam bidang Tafsir Hadis. Berpengalaman luas dalam pengembangan masyarakat dan manajemen risiko bencana. Berdedikasi, proaktif, dan terampil dalam mengelola program-program pembangunan. Memiliki kemampuan komunikasi yang kuat dan keahlian dalam aplikasi Microsoft Office serta pengembangan web dasar.

Muhammad Suhud Ridwan telah memiliki pengalaman kerja yang luas dan beragam dalam berbagai organisasi. Dia telah menjabat sebagai Sub Recipient Manager Konsorsium Penabulu – STPI DKI Jakarta dari tahun 2021 hingga 2023. Sebelumnya, dia pernah menjadi Program Manager Penabulu PaluRelief di Sulawesi Tengah pada tahun 2020. Pengalamannya juga meliputi peran sebagai Koordinator Lapangan Program Sekolah Hijau Japfa di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang pada tahun 2019. Selain itu, dia memiliki pengalaman dalam mengkoordinasikan berbagai proyek, seperti Project Coordinator Penabulu Konsorsium dalam Program Kemakmuran Hijau MCA Indonesia di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur dari 2016 hingga 2018, serta berbagai peran lainnya dalam pembangunan masyarakat dan manajemen risiko bencana sejak tahun 2006.

Muhammad Suhud Ridwan telah memberikan layanan jasa yang beragam kepada berbagai organisasi dengan hasil yang signifikan. Dia terlibat dalam proyek-proyek seperti pendampingan penguatan kelembagaan POKJA Heart Of Borneo di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur (WWF Indonesia) dari 2014 hingga 2016. Selain itu, dia turut dalam pendampingan penyusunan proposal untuk calon mitra LSM dan KSM TFCA di beberapa daerah seperti Kabupaten Berau dan Putussibau dari tahun 2014 hingga 2016. Pengalamannya juga mencakup proyek koordinasi pembangkit listrik tenaga mikro hydro di Garut, Jawa Barat (CSR BNI dan Garuda Indonesia), serta penguatan kelembagaan kampung di beberapa wilayah terkait UU No.6 Tahun 2014. Keterlibatannya dalam proyek-proyek ini mencerminkan komitmen dan kemampuan dalam memberikan layanan jasa yang berkualitas.

Suhud sangat concern terhadap isu – isu lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat dan keterilbatan lintas sektor pada pembangunan berkelanjutan.

Misran Lubis

Seorang pria kelahiran Pasaman, Sumatera Barat yang sering disapa Misran. Memiliki latar pendidikan adalah sarjana komunikasi penyiaran islam di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang selesai pada tahun 2001.  Selain pendidikan formal, Misran Lubis juga mengikuti berbagai pendidikan singkat (Short Course) yang mendukung kerja-kerjanya sebagai aktivis organisasi masyarakat sipil. Dia adalah seorang aktivis yang memiliki kepedulian dengan isu perlindungan anak dan perempuan yang memiliki komitmen yang kuat, integritas, empati, keadilan, ketekunan dan tekad untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat.

Misran memiliki pengalaman selama 23 tahun menjadi seorang aktivis organisasi masyarakat sipil dimulai pada tahun 1998 sebagai relawan advokasi di Bitra Indonesia, dan kemudian bergabung dengan Yayasan PKPA tahun 2000 sampai sekarang. Selama bekerja di PKPA telah menempati berbagai level posisi, dari staf sampai menjadi direktur eksekutif dan sekretaris badan pengurus. Selain pengalaman bersama Yayasan PKPA, dia juga mendapat pengalaman sebagai ketua Forum Komunikasi PUSPA Sumatera Utara periode 2017-2020 sambil menjabat sebagai Ketua Dewan Daerah Walhi Sumatera Utara periode 2016-2020. Tahun 2019 sampai 2021 dia juga diangkat menjadi  Direktur Eksekutif Konsil LSM Indonesia, dan sejak Juli 2021 sampai dengan sekarang dia menjabat sebagai  Direktur Eksekutif JARAK Indonesia. Dengan pengalaman sebagai aktivis OMS selama lebih dari 20 tahun dia mendapat banyak pengalaman dalam manajemen OMS, pengorganisasi masyarakat dan isu-isu sosial lainnya. Saat ini dia juga tercatat sebagai kandidat komisioner KPAI periode 2022-2027.

Memiliki keahlian dalam penelitian dan menulis dalam kajian anak dan perempuan, menjadikannya kaya pengalaman dalam berkutat dengan penyusunan modul-modul pelatihan, laporan penelitian dan lain-lain. Misran Lubis telah menyusun banyak modul pelatihan dan panduan diantaranya, menyusun modul Pelatihan Child Safeguarding bagi organisasi masyarakat sipil ditahun 2012, menyusun modul training perlindungan anak (Menuju Organisasi Yang Aman Bagi Anak) saat bekerja di PKPA pada tahun 2014, dan menyusun Panduan Prinsip-prinsip Bisnis dan Hak Anak sektor Kelapa Sawit ditahun 2016 dan lain-lain. Misran juga sempat terlibat sebagai peneliti dan penulis “Praktik Baik Sinergi dan Inovasi yang didukung oleh  Forum Komunikasi Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (FK PUSPA) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020

Sunaring Kurniandaru

Sunaring memiliki latar belakang pendidikan Biologi; khususnya di Manajemen Lingkungan. Dia seorang pekerja keras, Sunaring selalu memberikan segala yang terbaik dalam pekerjaannya. Ia memiliki dedikasi yang tinggi untuk terus belajar dan memperluas wawasannya. Mudah berteman dan berkomunikasi dalam lingkungan kerja maupun dalam komunitas. Sejak masih menjadi mahasiswa, Sunaring telah menunjukkan minatnya dalam organisasi kemahasiswaan. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi memperlihatkan ketertarikannya  terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Dalam karir profesionalnya selama 16 tahun di NGO lingkungan, perempuan, pendidikan, dan kebencanaan. 

Pengalaman bekerjanya dimulai dari tahun 2005 hingga 2008 menapaki karirnya sebagai seorang Asisten Peneliti Lapangan (Ornithologi) di Fakultas Biologi Atma Jaya Yogyakarta. Sunaring memulai karirnya di dunia NGO dimulai saat bergabung di Yayasan Kutilang Indonesia dari tahun 2005 sampai 2009 sebagai Koordinator Program Konservasi Gelatik Jawa di Jawa-Bali dan sebagai Staf Outreach. Tahun  2009 sampai 2018, Sunaring bergabung dengan LSM dibidang lingkungan  dan pengurangan resiko bencana sebagai staf program. Sunariang juga sempat menjadi  Field Fasilitator Area Model 3 yang mendampingi,melaksanakan, memfasilitasi program bersama pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan desa di bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan dan pertanian untuk Program KELOLA SENDANG di Sumatera Selatan bersama Yayasan Penabulu. Bersamaan dengan itu, Sunaring juga ditunjuk menjadi Spesialis Kampanye; Pendidikan Lingkungan dan Kebencanaan Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia (Relung Indonesia).

Dalam pengalamannya dengan beberapa organisasi, Sunariang juga bekerja sebagai Freelancer pada beberapa bidang kerja bersama pemerintah sebagai fasilitator daerah dan nasional untuk pendidikan aman bencana di BPBP Provinsi DIY, BNPB dan Kemendikbud. Ia juga sempat bekerja bersama lembaga penelitian sebagai anggota monitoring dan evaluasi program pendidikan program REDI-INOVASI di Kecamatan Lombok Utara bersama lembaga MIGUNANI di tahun 2018 sampai 2020. Selain itu, Sunariang juga bekerja bersama perusahan konsultan sebagai Social Associate HCV-HCS bersama PT. Ata Marie pada tahun 2018- 2021.

Di samping dedikasinya dalam ilmu lingkungan, Sunaring juga memiliki minat yang kuat dalam penelitian sosial-budaya. Ketertarikannya terutama berfokus pada isu-isu perempuan dan anak-anak, dengan tujuan memahami dan mengatasi ketidaksetaraan gender serta perlindungan hak-hak anak. Selain itu, Sunaring juga aktif dalam mendampingi kelompok-kelompok masyarakat, berupaya memastikan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan dan isu-isu sosial. Ia juga sangat peduli dengan akuntabilitas publik yang inklusif, memperjuangkan transparansi dan partisipasi semua pihak dalam pengawasan terhadap kebijakan dan program-program lingkungan. Namun, Sunaring mengakui bahwa ia memiliki keterbatasan dalam respons darurat, khususnya di wilayah perairan, dan ia terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal ini.