Ikhwanul Huda

Ikhwanul Huda, seorang yang sangat aktif dan bersemangat dalam berbagai aktivitas di dunia kampus semasa kuliah nya di UIN Jakarta. Aktivitasnya di dunia kampus tidak hanya membuatnya dikenal, tetapi juga mengubahnya menjadi seseorang yang sangat mudah bergaul dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Ia memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan baik dengan siapa saja. Tidak hanya itu, aktivitas yang dijalani di kampus juga telah membentuknya menjadi pribadi yang mandiri. Ikhwanul Huda belajar mengatasi tantangan dan menghadapi berbagai kesulitan dengan kepala tegak. Salah satu sifat yang paling mengesankan dari Ikhwanul Huda adalah loyalitas dan komitmennya terhadap tugas-tugas yang diberikan padanya. Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap tanggung jawab yang diembannya, dan berkomitmen untuk menyelesaikan pekerjaan dengan penuh dedikasi.

Kesenangannya terhadap bidang  logistik, Ikhwanul Huda memulai karirnya di bidang logistik dengan bergabung di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Di sini, ia bekerja sebagai Tim Logistik pada tahun-tahun tertentu, juga terlibat dalam proyek-proyek penting seperti Indonesia People Forum (IPF) dan bantuan pasca-tsunami di Aceh sebagai Tim Logistik dan Tim Penggalangan Sumber Daya selama tahun 2005-2006, menunjukkan kemampuan multitasking dan kepemimpinan yang luas. Pada tahun 2003, 2007, 2012, 2017 ia memiliki pengalaman sebagai koordinator Tim Transit (Transportasi)  di Kongres Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Ikhwan juga berpengalaman sebagai Asisten Safety & Security Officer di Greenpeace Indonesia dan juga berpengalaman sebagai Asisten GM di Natawarna Advertising. Tahun  2009-2018, Ikhwan mulai bekerja di Yayasan Penabulu yang berfokus pada peningkatan kapasitas lembaga. Ia bekerja sebagai Manager Peningkatan Kapasitas Lembaga. Pada tahun 2018 sampai sekarang Ikhwan bekerja sebagai Procurement Officer di Yayasan Penabulu.

Sejak tahun 2002, Ikhwan berpengalaman  sebagai tim logistik dan manajemen sumber daya, karena hal  tersebut Ikhwan tidak jarang dimintai bantuannya untuk menangani kegiatan-kegiatan besar di beberapa NGO seperti Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Urban Poor Consortium (UPC), WALHI, dan lain-lain. Selain itu mulai dari tahun 2009 bekerja di Yayasan Penabulu, karena keuletannya dalam menjalankan program reguler peningkatan kapasitas lembaga di Yayasan Penabulu dengan  mampu mendorong Penabulu secara bertahap dikenal luas oleh organisasi nirlaba dan lembaga donor, sebagai lembaga yang kredibel dalam peningkatan kapasitas pengelolaan lembaga nirlaba di Indonesia.

Ikhwanul Huda menunjukkan ketertarikannya yang mendalam terhadap perkembangan di era disrupsi teknologi dan informasi yang sedang terjadi saat ini. Ia mengakui bahwa banyak paradigma yang telah ada sebelumnya mengalami revolusi besar-besaran sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan informasi. Perkembangan ini tidak hanya mempengaruhi cara kerja, tetapi juga memaksa individu dan organisasi untuk beradaptasi dengan cepat dengan lingkungannya yang terus berubah. Salah satu faktor penting yang mendorong perubahan ini adalah kondisi pandemi Covid-19. Ikhwanul Huda merasa bahwa setiap individu perlu terus mengembangkan keterampilan dan kompetensinya. Ia menyadari bahwa dunia yang terus berubah membutuhkan orang-orang yang mampu beradaptasi dan belajar secara kontinu. Dengan mengembangkan keterampilan yang relevan, individu dapat tetap relevan di tengah situasi yang berubah dengan cepat dan dapat berkontribusi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungannya.

Frans Toegimin

Frans Toegimin, berbakti pada negeri sejak tahun 1975, dengan bergabung dengan sebuah LSM s/d 1980. Bukan waktu yang singkat, namun bekerja dalam pelayanan melalui LSM sudah menjadi pilihan hidup. Saat bekerja di Lampung tersebut  banyak tawaran untuk menjadi PNS – yang kala itu jadi idaman banyak orang, Frans tegas menolak karena jiwanya tak cocok berada di sana.

Lebih dari 45 tahun Frans Toegimin berkecimpung di LSM. Setelah dari Lampung (di bawah naungan Wisma Bhakti), pada tahun 1980 – 1985  dipercaya sebagai Pembina Wilayah Bina Swadaya di wilayah Madiun, kemudian bergabung dengan YIS – Yayasan Indonesia Sejahtera sampai 1997. Sebagian tugas utamanya adalah untuk Pengembangan LSM dan sebagai Konsultan KIP – Kampung Improvement Project Bank Dunia di Jakarta. Selanjutnya Frans bergabung dengan Yayasan SATUNAMA pada 1997 sebagai Staf Senior hingga pensiun tahun 2011 sebagai Direktur Eksekutif.

Walaupun sudah pensiun dari SATUNAMA, dalam beberapa waktu Frans masih aktif dalam struktur kepengurusan sebagai Anggota Badan Pengurus. Terakhir, Frans dipercaya sebagai Kepala Departemen Rumah Pembelajaran Kesehatan Jiwa – RPKJ di SATUNAMA. Kecuali aktif menjadi konsultan lepas (khususnya MEL), Frans kini bergabung dengan Yayasan Suara Bhakti Yogyakarta – YSBY sebagai Direktur Unit Program Pemberdayaan Masyarakat.

Hampir 50 tahun berkecimpung sebagai pegiat LSM, menjadikan Frans T sangat kaya pengalaman. Pada 1987, sebagai Koordinator Program Pengembangan LSM di tujuh provinsi, Frans yang pertama kali menghasilkan konsep pengembangan LSM di Indonesia. Saat menjadi konsultan  Bank Dunia untuk mengembangkan Proyek KIP di Jakarta juga menghasilkan konsep pengembangan kampung di perkotaan. Dan selama 20 tahun sejak 1999, Frans banyak melakukan fasilitasi perencanaan strategis untuk LSM dan lembaga pemerintahan. Sebagai salah satu ahli monitoring dan evaluasi, Frans banyak melakukan evaluasi organisasi dan evaluasi proyek sejak 1998 hingga kini. Menurutnya, peran dan fungsi OMS (termasuk LSM) sangat penting dalam negara demokrasi seperti di Indonesia. Untuk itu program penguatan OMS sangat penting agar selalu dapat  berperan secara akuntabel sebagai salah satu pilar penting dalam negara demokrasi.

Adi Nugroho

Adi Nugroho, berlatar belakang akademik Teknik Lingkungan dan Studi Pembangunan dengan pengalaman yang sangat panjang di bidang lingkungan, penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Adi melakukan beberapa penelitian tentang lingkungan, pengelolaan hutan, adaptasi perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metodologi partisipatif seperti investigasi, penelitian tindakan, penelitian kebijakan, dan etnografi. Selain penelitian, Adi sangat lihai dalam memfasilitasi pelatihan, diskusi kelompok terfokus, dan lokakarya di tingkat masyarakat, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Keterampilan dalam hal penelitian dan fasilitasi tersebut mendukung kemampuannya melakukan evaluasi di beberapa LSM.

Sejak 1995, Adi mulai aktif di berbagai jaringan baik lokal, nasional maupun internasional. 9 tahun di Yayasan Gita Pertiwi (1995-2004) menjadi awalannya berkiprah di beberapa LSM setelahnya. Tahun 2002-2004 Adi dipercaya sebagai Regional Executive Director WALHI, 2004-2012 sebagai Koordinator Komisi Konsultasi dan Kerjasama Manajemen Bencana di Yayasan Society for Health Education, Environment and Peace (SHEEP), 2012-2015 sebagai konsultan di Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD), 2015-2019 sebagai Direktur pada Direktorat Lingkungan, Kehutanan, dan Perubahan Iklim di Yayasan Penabulu, serta 2019 sampai sekarang dipercaya sebagai Chief Grant Management di Yayasan Penabulu.

Beberapa pengalaman penting Adi Nugroho dalam beberapa tahun terakhir sebagai Chief Grant Management on Service Provider dalam program Small Grant Program in Indonesia bersama ASEAN Heritage Park, ASEAN Center for Biodiversity (ACB), dan Germany Development Bank (KfW). Adi juga terlibat dalam peningkatan kapasitas kelembagaan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan menciptakan jaringan PRB melalui platform multi pemangku kepentingan bersama Asia Pacific Alliance for Disaster Management (APAD) dan Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana. Sebagai evaluator, Adi pernah mengevaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT Newmont Nusa Tenggara pada 2015-2016. Tidak hanya di bidang lingkungan hidup, Adi Nugroho pernah didapuk sebagai Spesialis Rencana Mitigasi dan Pemantauan Lingkungan (EMMP) Delivering Expanded Resource for AIDS Programming (DERAP) pada tahun 2015.

Kelompok rentan pada sebuah kelompok menjadi keunikan khusus dalam memastikan pengelolaan sumber daya alam dan manusia.