Fasilitasi Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya bagi Mitra Strategis GESIT di Kabupaten Probolinggo

Probolinggo, 13 Juni 2022. Bertempat di Bromo Park Hotel Probolinggo, Yayasan Penabulu menghelat kegiatan Lokalatih Mobilisasi Sumber Daya bagi OMS/OPD Mitra Steategis GESIT di Probolinggo. Kegiatan ini dihadiri 21 orang yang merupakan representatif dari Pertuni Kabupaten Probolinggo, Muslimat Kabupaten Probolinggo, Gerkatin Kabupaten Probolinggo, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Probolinggo, dan Persatuan Disabilitas Kabupaten Probolinggo (PDK-Pro).

Selain untuk menguatkan pemahaman dan mengungkit kapasitas peserta dalam melakukan proses mobilisasi sumber daya untuk keberlanjutan di organisasi; kegiatan ini juga sekaligus untuk menguji relevansi Seri Modul Penguatan Organisasi Pada Sektor Infrastruktur yang telah dikembangkan oleh Yayasan Penabulu di tahun 2019 dalam program Provision of NTB CSOs Program Management Capacity Strengthening In Gesi Of Infrastructure/Road Sector di NTB, khususnya Modul 4: Keberlanjutan Program GEDSI-CSE, serta mendapatkan masukan dan wawasan baru dari OMS/OPD yang merupakan pengguna langsung sebagai bagian untuk penyempurnaan Modul 4.

“Mobilisasi Sumber Daya merupakan sebuah elemen penting yang harus terus menerus dilakukan oleh organisasi untuk tetap menjaga relevansinya. Dan hal pertama yang harus dilakukan oleh organisasi adalah dalam proses mobilisasi sumber daya adalah, mengelola dan dengan cerdik mengungkit potensi sumber daya internal yang dimiliki oleh organisasi”  demikian yang disampaikan oleh Tino Yosepyn yang berperan sebagai fasilitator sekaligus trainer dalam kegiatan ini. (dokumen materi dapat diunduh di sini).

Selain menyampaikan materi, fokus kegiatan ini juga sebagai ruang untuk menguji metode pelaksanaan lokalatih yang lebih inklusi yang coba dikembangkan oleh tim Penabulu selaku National Service Provider (NSP) dalam program CSOs/DPOs Capacity Strenghtening in Probolinggo District, melalui penggunaan berbagai benda-benda yang dianalogikan sebagai sumber daya organisasi untuk mengakomodir metode belajar taktil bagi penyandang tuna netra, serta upaya untuk menyederhanakan pemahaman tentang sumber daya organisasi bagi organisasi yang berbasis komunitas.

Di ujung lokalatih, setelah melewati proses mengidentifikasi dan menganalisa sumber daya yang dibutuhkan dan dimiliki oleh organisasi; mengidentifikasi dan menganalisa para pihak strategis serta menemukan irisan kebutuhan mereka dengan organisasi. Kelima organisasi kemudian menyusun rencana aksi untuk penggalangan sumber daya yang paling cocok untuk organisasi mereka.

Mengapresiasi dengan sungguh seluruh proses yang dilakukan oleh peserta selama kegiatan. Diharapkan, melalui kegiatan ini OMS/OPD mitra strategis GESIT mulai dapat untuk membayangkan model mobilisasi sumber daya yang paling cocok dengan organisasi mereka, dan dengan sistematis, mulai merancang strategi untuk menjadikannya nyata.

Coaching Penulisan Proposal bagi 5 Calon Mitra Program GESIT di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur

GESIT merupakan program yang diinisiasi oleh KIAT yang bertujuan agar proyek infrastruktur direncanakan, dirancang dan dilaksanakan secara inklusif dengan melibatkan partisipasi perempuan dan penyandang disabilitas (PD). Oleh karena itu, agar mitra mampu terlibat dalam tahapan proses tersebut, diperlukan sebuah pilot proyek yang melibatkan 5 calon mitra dalam upaya membuat perencanaan aktivitas melalui proses penguatan kapasitas, pemberdayaan dan advokasi dalam sektor infrastruktur dalam bentuk  penulisan proposal dana hibah GESIT.

Coaching penulisan proposal dilakukan mulai tanggal 18 – 29 April 2022 oleh Sri Purwani, Saras Dumasari, Tino Yosepyn dan Dwi Astuti Inawati sebagai National Service Provider (NSP) Program GESIT untuk 5 calon mitra penerima dana hibah GESIT yang terdiri dari dari 2 OMS yakni Muslimat NU Kabupaten Probolinggo dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Probolinggo, serta 3 Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD) yaitu: Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI), Gerkatin (Organisasi Tuna Rungu) dan PDK-Pro (Persatuan  Disabilitas Kabupaten Probolinggo). Dari 5 calon mitra tersebut akan dipilih 2 terdiri dari 1 OMS dan 1 OPD, namun 3 mitra yang lain tetap akan dilibatkan dalam aneka kegiatan. Sedangkan selama 6 bulan fase pilot proyek ini Penabulu akan mendampingi secara intensif 2 mitra penerima hibah GESIT di Kabupaten Probolinggo.Proses coaching dilakukan secara pleno dan juga coaching per lembaga baik dari sisi narasi substansi proposal maupun keuangan.

Program GESIT mempunyai 3 output utama proyek yakni, 1) Perempuan dan penyandang  disabilitas memperoleh pekerjaan pada proyek infrastruktur, 2) Pemerintah Pusat, Pemda, NGO dan OPD menggunakan informasi, bukti dan fakta tentang praktik terbaik untuk mendukung infrastruktur inklusif, 3) Perempuan dan Penyandang disabilitas mempengaruhi pembangunan infrastruktur lokal.

Fasilitasi Pelatihan Outcome Harvesting kepada Mitra Pelaksana Koalisi Adaptasi

Program Amplifying Voices for Just Climate Actions (AVJCA) yang didukung oleh Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Hivos-Indonesia), merupakan program untuk memperkuat suara-suara untuk aksi iklim yang adil dengan cara melakukan meningkatkan kapasitas kelompok/organisasi masyarakat sipil lokal dan kelompok marjinal di wilayah sasaran program, Akuisisi narasi media lokal dan pengembangan hubungan dengan media nasional dan jaringan advokasi OMS, Pengelolaan, penciptaan, pertukaran pengetahuan dan kearifan lokal dalam skala nasional.

Kegiatan Pelatihan Outcome Harvesting merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat mitra pelaksana koalisi adaptasi dalam menggunakan metode Outcome Harvesting yang dipilih sebagai salah satu metodologi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi, merumuskan, memverifikasi, serta memahami tingkat pencapaian dalam program AVJCA. Outcome Harvesting (OH) atau Pemanenan Hasil adalah Mekanisme monitoring dengan melakukan identifikasi, formulasi, analisis, dan interpretasi hasil untuk menjawab pertanyaan siapa mengubah apa, kapan dan di mana serta bagaimana dipengaruhi oleh kegiatan program. Penyusunan OH dapat mencakup perubahan perilaku, hubungan, tindakan, aktivitas dan kebijakan karena intervensi program yang dijalankan oleh aliansi dan para mitranya.

Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis, 21 April 2022 dengan melibatkan peserta pelatihan yang berasal dari mitra pelaksana yang termasuk dalam Koalisi Adaptasi yang terdiri dari Yayasan Penabulu sebagai lead koalisi dan Perkumpulan Yapeka, Yayasan Koordinasi Pengkajian & Pengelolaan Sumber Daya (Koppesda), dan Yayasan Lembaga Pengembangan Masyarakat Lembata (Barakat).

Kegiatan dilakukan selama satu hari dengan menggunakan platform daring. Pada kegiatan ini, Deden Ramadani memberikan materi tentang dasar-dasar outcome harvesting serta memfasilitasi pelatihan langsung untuk menuliskan outcome harvesting berdasarkan implementasi program yang telah dilakukan, materi tersebut bisa diunduh disini: OH Training Deck.

Hasil pelatihan ini diharapkan dapat membantu mita pelaksana untuk mencatat dan merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi serta mengidentifikasi kontribusi dari aktivitas yang dilakukan selama implementasi program AVJCA di Nusa Tenggara Timur.

Mitra pelaksana antusias terhadap salah satu metode dalam melakukan monitoring dan evaluasi capaian program yang telah dilakukan. Sebagian besar peserta belum pernah mendapatkan pelatihan tools untuk melakukan monitoring dan evaluasi capaian program. Bagi sebagian besar peserta, outcome harvesting merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menangkap perubahan yang terjadi pada konteks implementasi program serta merefleksikan kontribusi yang telah dilakukan atas capaian tersebut. Sehingga, mereka dapat meninjau ulang strategi implementasi yang telah dilakukan selama ini.

Tantangan dalam proses pembelajaran ini adalah karena dilakukan melalui platform daring, maka bagi mitra pelaksana yang berada di wilayah rural atau mengalami kesulitan menjangkau internet, proses pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal.

Fasilitasi Workshop Penyusunan Pedoman Pendampingan Dana Indonesiana

Pada tanggal 12-14 April 2022 dan bertempat di Hotel 88 Jakarta, Rival G. Ahmad mewakili Yayasan Penabulu berperan sebagai narasumber dan fasilitator pada pertemuan “Penyusunan Pedoman Pendampingan Dana Indonesiana” yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK), Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Pertemuan ini membahas tentang mekanisme dan skema pendampingan bagi calon penerima hibah Dana Indonesiana dan diikuti oleh 15 orang representasi Direktorat PTLK. Alur dan konsep fasilitasi yang digunakan Rival dapat dilihat pada file berikut: Konsep Pendampingan Penerima Dana Indonesiana.

Dalam pertemuan terdapat kesadaran bersama bahwa organisasi seni dan budaya calon penerima hibah Dana Indonesiana membutuhkan penguatan kapasitas organisasi dan pengelolaan proyek. Penguatan organisasi tersebut tidak dapat dilakukan melalui pelatihan semata dan tidak bisa dilakukan dengan menerapkan pendekatan penguatan yang sama bagi setiap organisasi yang masing-masing jelas memiliki karakteristik yang khusus dan berbeda satu sama lain. Aspek penguatan yang perlu disasar adalah: manajemen organisasi, sumber daya manusia, program/produk layanan dan jaringan & keberlanjutan sumber daya. Sedangkan pendekatan yang dapat diterapkan adalahbentuk-bentuk: training, webinar, workshop, klinik, coaching dan pengembangan community of practices.

Narasumber In-house Training; Design Thinking

Co-Evolve merupakan sebuah program yang didukung oleh Uni Eropa untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan OMS Indoensia di masa pandemi. Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas tim pelaksana program, diadakan in-house training yang difasilitasi Dini Andriani pada tanggal 14 Maret 2022 dengan materi sebagai berikut: Design Thinking for Social Problem dan Business Model for Startups.

Design Thinking merupakan sebuah metode untuk menyelesaikan sebuah masalah yang kompleks dengan berorientasi pada kebutuhan pengguna atau masyarakat, dan bukan berdasarkan ambisi atau visi organisasi. Pemikiran design thinking adalah suatu proses atau metode pola pikir untuk berempati terhadap permasalahan dan masalah yang berpusat pada manusia. Pemikiran ini juga dikaitkan dengan resep untuk inovasi produk ataupun layanan dalam konteks bisnis dan sosial. Metode ini dapat juga digunakan untuk menemukan pesan penting untuk materi kampanye sebuah program.  Adapun tahapan dari design thinking adalah: (1). menemukan empati, (2) menetapkan definisi, (3) menemukan ide, (4) membuat prototype, (5) melakukan pengujian.

Monitoring dan Evaluasi Program ECHO Green di Grobogan, Padang Pariaman dan Lombok Timur

Kegiatan monitoring dan evaluasi program Promoting Green Economic Initiatives by Women and Youth Farmer in the Sustainable Agriculture Sector in Indonesia (ECHO Green), merupakan salah satu program konsorsium yang didanai oleh Uni Eropa, dimana Yayasan Penabulu sebagai pemimpin konsorsium yang beranggotakan ICCO, KpSHK dan Konsil LSM. Kegiatan monitoring dilakukan secara rutin di 3 kabupaten setiap 6 bulanan serta evaluasi 1 kali disetiap akhir tahun.

Rado Puji Santoso sebagai MEL Specialist melakukan kunjungan lapangan selama 3-4 hari untuk masing-masing kabupaten sasaran. Monitoring dilakukan dengan skema: FGD dengan Tim Lokal (Mitra Konsorsium) di setiap kabupaten, FGD dengan pemangku kepentingan terkait (LAs, CSO, sektor swasta) di tingkat lokal dan review tingkat kepatuhan pelaksanaan proyek baik dalam pengelolaan program maupun keuangan aspek yang antara lain dilakukan dengan membandingkan kemajuan program dan penyerapan anggaran dengan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan. Dokumen review yang digunakan adalah Form Monitoring Capaian Output dan Form Monitoring Capaian Indikator Ekonomi Hijau.

Hasil digunakan untuk menjadi landasan dalam memastikan kegiatan program pada kegiatan selanjutnya agar dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan. Monitoring dan Evaluasi juga untuk memastikan capaian luaran (output), hasil (outcome), serta dampak terhadap program penyelesaian masalah dapat tercapai sesuai dengan perencanaan.

Tahun ke-2 program ECHO Green, telah menghasilkan beberapa capaian penting diantaranya: (1) 99 desa memiliki peta perencanaan tata ruang dan tata guna alahan desa yang inklusiv yang ramah perani perempuan dan generasi muda; (2) 16 peraturan desa tentang alokasi zona ekonomi hijau dan inklusif menjadi kebijakan penjamin untuk pemenuhan hak ekonomi petani perempuan dan generasi muda tani di tingkat desa; (3) Sebanyak 147 kelompok tani (74 perempuan tani dan 73 kelompok tani pemuda telah berhasil dinorganisir di 3 kabupaten dengan jumlah anggota 3.297 orang (1.298 laki-laki dan 1.999 perempuan); (4) 16 demoplot dan sekolah lapang berhasil diinisiasi sebagai pusat pembelajaran model ekonomi hijau di sektor pertanian; (5) Sebanyak 235 perwakilan kelompok (119 laki-laki dan 116 perempuan) telah dilatih dan memiliki pengetahuan/kesadaran dan keterampilan yang baik dalam pengembangan Konsep Ekonomi Hijau bagi peerempuan dan generasi muda di sektor pertanian, akes pasar, kewirausahaan, pemanfaatan ICT, dan literasi keuangan.

Pembelajaran:

  • Konsep Inisiatif Ekonomi Hijau di tingkat lapangan (petani) memiliki pemahaman dan cara pandang yang cukup luas dan berbeda dalam memahaminya. Variasi cara pandang memperkaya konsep yang diusung oleh proyek.
  • Pengembangan demplot dan sekolah lapangan yang memanfaatkan lahan secara mandiri memiliki tantangan tersendiri. Diperlukan koordinasi yang intensif dan komitmen yang kuat dari kelompok tani dalam menggalang partisipasi para pihak (Pemdes, Pemerintah Kabupaten dan swasta) agar dapat berkontribusi dalam demplot dan sekolah lapang.
  • Pembatasan mobilitas fisik di tengah meningkatnya jumlah kasus Covid-19 menjadi tantangan besar bagi Echo Green untuk mencapai target anggota kelompok. Tim mengungkapkan keprihatinan mereka karena situasi tersebut. Echo Green memastikan kesehatan dan keselamatan pribadi untuk semua staf, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya, sambil juga memenuhi rencana yang dijadwalkan.

Keputusan yang diambil sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi anggota yang paling potensial dari setiap kelompok yang akan diundang ke pelatihan dan sesi berbagi pengetahuan yang sangat berperan sebagai agen perubahan / trafo di kelompoknya untuk memperkuat manajemen bisnis mereka; (2) Memaksimalkan menjaga dan melakukan koordinasi rutin dengan kelompok tani perempuan dan pemuda melalui kerja berbasis internet mis. WhatsApp, Zoom, Panggilan Telepon untuk memastikan agen perubahan menyebarkan pengetahuan kepada anggota lain.