David Fau

David Fau adalah individu yang menginspirasi dengan dedikasi dan ketekunan yang luar biasa dalam mendorong advokasi hak asasi manusia, pengembangan teknologi, dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai seorang profesional yang berakar di Indonesia, perjalanan karir David tidak hanya mencerminkan komitmen yang kokoh terhadap keadilan sosial, tetapi juga merupakan perwujudan dari keterampilan dan pengalaman yang luas di berbagai bidang.

Pendidikan formalnya di bidang Bahasa Inggris dari Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Kristen Indonesia membuktikan ketertarikannya pada komunikasi yang efektif. Namun, David juga mengejar pengetahuan melalui pendidikan informal dan kursus singkat yang meningkatkan keterampilan spesifiknya yang sangat relevan dalam lingkup profesionalnya.

Pengalaman kerja David telah mengambil peran kunci dalam organisasi-organisasi yang berfokus pada dokumentasi, investigasi, dan advokasi hak asasi manusia. Mulai dari KontraS Jakarta hingga berbagai peran kepemimpinan di Sulawesi dan Makassar, David secara konsisten menunjukkan komitmen yang tak tergoyahkan terhadap keadilan dan akuntabilitas.

Perannya di IKOHI dan Federasi Asia Melawan Penghilangan Paksa menandakan keterlibatannya dalam skala global, dimana ia aktif dalam menangani kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia dan advokasi kebijakan yang lebih baik.

Selain itu, David juga memiliki keahlian di bidang pengembangan digital, manajemen acara, dan pemberdayaan kapasitas. Perannya di Yayasan Penabulu adalah contoh konkret bagaimana ia menggabungkan teknologi dengan tujuan sosial untuk menciptakan dampak yang positif dalam masyarakat.

Penguasaan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, serta keterampilan teknis yang luas, membuatnya menjadi aset yang berharga dalam setiap proyek yang dihadapinya.

Sebagai kesimpulan, David Fau adalah contoh nyata dari seseorang yang tidak hanya memiliki visi yang kuat untuk perubahan sosial, tetapi juga memiliki keterampilan dan komitmen yang diperlukan untuk mewujudkannya. Dedikasinya terhadap hak asasi manusia dan kemampuannya dalam memanfaatkan teknologi untuk kebaikan bersama menjadikannya sebagai pemimpin yang inspiratif dan berpengaruh di Indonesia dan di seluruh dunia.

Bambang Eko B.Y

Bambang Eko B.Y. adalah seorang profesional yang berpengalaman dan memiliki latar belakang yang beragam, lahir pada tanggal 21 Oktober 1967 di Jakarta. Dengan gelar Sarjana Hukum yang diperoleh pada tahun 1998, Bambang Eko telah mengejar pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan keterampilan melalui berbagai pelatihan, termasuk kursus Manajer Keamanan dengan PT. PROTECOM pada tahun 2002 dan Civic Education for Future Indonesia Leader (CEFIL) pada tahun 1997.

Sejak tahun 2019, Bambang Eko telah menjabat sebagai Deputi Direktur Tanggap Bencana di Yayasan Penabulu, menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan masyarakat dan respons terhadap bencana. Perannya yang mencolok sebagai Team Leader dalam berbagai proyek, termasuk penyelesaian konflik di area pertambangan, pemetaan partisipatif di daerah terpencil, dan upaya bantuan bencana di daerah yang terkena gempa dan tsunami menegaskan kontribusinya dalam memfasilitasi proses kolaboratif yang memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya.

Selain itu, Bambang Eko juga terlibat dalam upaya konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, bekerja sama dengan organisasi seperti WWF dan Yayasan PEKA Indonesia. Sebagai Manajer Program, ia telah memimpin inisiatif untuk memperkuat kerangka institusional dan mempromosikan praktik-praktik yang bertanggung jawab di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan.

Di luar pekerjaannya, Bambang Eko dikenal karena integritasnya, ketahanannya, dan dedikasinya yang teguh terhadap penyebab kemanusiaan. Kemampuannya untuk menavigasi lanskap sosial-politik yang kompleks dan memfasilitasi kemitraan inklusif menegaskan keefektifannya sebagai pemimpin dan agen perubahan.

Secara keseluruhan, Bambang Eko B.Y. adalah individu yang berbakat dan didorong oleh tujuan yang mendalam untuk melayani masyarakat, melindungi lingkungan, dan mempromosikan keadilan sosial. Pengalamannya yang luas, ditambah dengan semangatnya dalam advokasi dan pembangunan kapasitas, menjadikannya sebagai aset berharga dalam menciptakan dampak positif dan meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tantangan.

Febrilia Ekawati

Febri adalah seorang individu yang bersemangat dan berdedikasi dalam memperjuangkan isu lingkungan dan sosial, meskipun latar belakang pendidikannya adalah dari Fakultas Pertanian. Dari tahap awal pendidikannya di TK hingga meraih gelar sarjana, dia telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia pendidikan di Lampung.

Kecintaannya pada pembelajaran lintas disiplin ilmu seperti hukum dan sosial membuatnya memiliki wawasan yang luas dan mendalam dalam memahami berbagai isu yang kompleks. Namun, tidak hanya berhenti pada aspek akademis, Febri juga aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil sejak tahun 2006, dimulai dari JWJL Lampung, Serikat Tani Indonesia, hingga Perkumpulan Telapak.

Puncak kiprahnya dalam organisasi terjadi ketika dia bergabung dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) pada tahun 2010. Menjabat sebagai direktur eksekutif YKWS sejak 2017, dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat terutama dalam hal pendidikan lingkungan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Di samping itu, Febri juga terlibat dalam advokasi kebijakan di sektor anggaran, dengan fokus pada audit sosial bersama masyarakat. Namun, tantangan utamanya adalah minimnya dukungan dari masyarakat terhadap gerakan advokasi tersebut, terutama dalam hal transparansi anggaran di Provinsi Lampung.

Ketertarikan khusus Febri pada advokasi kebijakan dan upayanya dalam memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap perubahan positif bagi masyarakat Lampung. Dengan kepemimpinan dan dedikasinya yang terus-menerus, dia terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif yang dijalankan oleh YKWS dan Blue Seed Indonesia, organisasi yang dia dirikan pada tahun 2022 dan di mana dia kini menjabat sebagai ketua dewan pengawas.

Muchamad Awal

Awal, seorang yang awalnya pendiam dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat, mulai menunjukkan perubahan ketika memasuki masa SMA. Di saat itu, dia mulai aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada tahun 1997, Awal memulai perjalanan kuliahnya di Kampus Universitas Indonesia, mengambil jurusan Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya. Tak hanya itu, dia juga menjalani kuliah S1 Manajemen di STIE Adhi Niaga Bekasi.

Selama masa kuliahnya, Awal sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan ikut berperan dalam Gerakan 98, sebuah gerakan mahasiswa yang bersejarah di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Awal mulai terlibat dalam dunia kerja dengan bergabung di posko Mapala UI dan Yayasan Bumoe Leuseur di Aceh. Di sana, Awal dan timnya memberikan layanan penting seperti penyediaan data kondisi para penyintas dan pembuatan database menggunakan metode pemetaan GIS.

Awal berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi besar seperti UNOCHA, UNICEF, UNHCR, dan UPC (Urban Poor Consorsium) antara tahun 2005-2008. Pelayanan yang mereka berikan meliputi asesor, survei, konsultasi, dan pendampingan dalam berbagai bidang seperti kehidupan berkelanjutan, pertanian, lingkungan, permakultur, dan mitigasi bencana. Selama dekade terakhir, mereka telah bekerja dengan lebih dari 80 mitra, termasuk komunitas dan perusahaan swasta.

Awal sangat memperhatikan masyarakat di daerah terpencil, terutama keluarga-keluarga yang tinggal di daerah dengan akses minim. Dia menyadari bahwa budaya pemerintah yang cenderung menyamaratakan kebijakan secara nasional seringkali menimbulkan kesenjangan di daerah-daerah terpencil tersebut. Awal berpendapat bahwa kebijakan pemerintah seharusnya lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dia percaya bahwa mengakomodasi kebijakan lokal ke dalam kebijakan nasional akan menguatkan kearifan lokal dan memperkuat persatuan bangsa. Di setiap langkahnya, Awal berusaha untuk menyelaraskan kebijakan nasional dengan realitas lokal, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia secara keseluruhan.

Akbar Ali

Akbar Ali adalah seorang profesional yang memiliki pengalaman dan keahlian yang luas dalam berbagai bidang, termasuk Perencanaan Perkotaan dan Regional, Program WASH, Pengembangan Tenaga Kerja, dan Manajemen Lingkungan. Dengan latar belakang gelar Sarjana di bidang Perencanaan Perkotaan dan Regional dari Institut Teknologi Bandung, Akbar telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin proyek-proyek pembangunan yang kompleks.

Sebagai seorang Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran (MEL) Specialist, Akbar telah terlibat dalam merancang dan melaksanakan sistem M&E untuk proyek-proyek internasional seperti IFES Indonesia dan USAID INVEST DM 2.0. Kemampuannya dalam merancang proposal proyek dan menerapkan kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang logis telah membantu memastikan keberhasilan implementasi proyek.

Akbar juga memiliki pengalaman yang kuat dalam manajemen program dan kegiatan pengembangan masyarakat. Sebagai Senior Monitoring, Evaluasi, Penelitian, dan Pembelajaran (MERL) Specialist untuk Penabulu Foundation, ia telah memimpin evaluasi proyek-proyek berdampak besar seperti CO-EVOLVE 2 dan ECHO Green. Keahliannya dalam mengelola dan menganalisis data evaluasi telah membantu menyediakan wawasan berharga untuk perbaikan program dan kebijakan.

Dalam kariernya, Akbar telah berperan sebagai koordinator proyek, penasihat teknis, dan manajer program untuk berbagai organisasi dan lembaga, termasuk YAPPIKA-ActionAid dan PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. Keterampilan komunikasinya yang kuat dan kemampuannya untuk bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan telah menjadi kunci kesuksesan proyek-proyek yang ia pimpin.

Dengan kualifikasi pendidikan yang kuat, keahlian yang luas, dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, Akbar Ali merupakan sosok yang berharga dalam bidang pengembangan internasional dan manajemen program di Indonesia. Dedikasinya terhadap kemajuan masyarakat dan pengalaman praktisnya membuatnya menjadi pemimpin yang efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang kompleks.

Anggoro Budi Prasetyo

Anggoro beberapa teman memanggil Angie, lahir di Magelang, sarjana Arkeologi seringkali dibilang sarjana batu akik dengan gelar magisternya di bidang penanggulangan bencana. Anggoro seorang yang ramah dan supel, mudah bergaul serta tidak tegaan bahkan sebagian orang mengatakan tidak tegas kalau berhubungan dengan urusan personal. Namun kalau untuk urusan kelembagaan dia akan bisa sangat tegas.  Relasinya dengan teman-teman sejawat di pekerjaan sosial maupun dengan pemerintah dan masyarakat tidak diragukan lagi. 

Sejak masih mahasiswa di tahun 1997 sudah terlibat dalam kegiatan Mapala dan juga beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya. Hal itu yang mendorongnya dalam kerja-kerja organisasional lainnya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setelah dari beberapa Pusat Studi di kampusnya sebagai asisten peneliti. Tahun 2003 bergabung dengan LSM yang bergerak di isu gender sebagai CO hingga menjadi koordinator dan PLH ketua lembaga. Kemudian di tahun 2013 dipercaya sebagai direktur LSM yang bergerak di isu gender dan kebencanaan. Dan di tahun 2018 berpindah ke LSM yang isu utamanya kebencanaan, humanitarian dan perubahan iklim. Karena dedikasinya di dalam pengarusutamaan gender di DIY, dia mendapatkan anugerah Gender Champions dari Pemerintah DIY di tahun 2019. Sempat menjadi Koordinator maupun presidium di beberapa jejaring seperti Gender Working Group (GWG) DIY dan Forum Suara Korban Bencana, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY sampai sekarang.

Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Terlibat sebagai seorang fasilitator nasional BNPB sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Hal yang cukup unik dari seorang Anggoro dikenal sebagai direktur berbagai lembaga, dikarenakan selain sebagai koordinator di IHAP, kemudian sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana dan Koordinator Bidang di Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY. Setelah itu diminta untuk menjadi Direktur di LSM Aksara bersamaan sebagai koordinator GWG Jogja, lalu tahun 2018 diminta sebagai Direktur Pujiono Centre hingga sekarang. Hal tersebut harus dilakukan karena ketertarikannya dalam isu kebencanaan, perubahan ikilim, humanitarian serta pengarusutamaan gender terutama dalam perencanaan penganggaran yang responsif gender. Di isu-isu tersebutlah kiprahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, namun tidak mengurangi ketertarikan untuk belajar di isu-isu lainnya yang tetap dilakukan hingga saat ini.

 

Kartisah Ajeng Kesuma Ningrum

Ajeng adalah seorang konsultan dan fasilitator profesional yang menemukan jalan profesinya melalui proses belajar dari pengalamannya selama kurang lebih 20 tahun. Dia  mengenyam Pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan Fisip UI untuk belajar ilmu politik. Namun aktivitasnya di NGO yang banyak menghubungkannya pada kerja-kerja advokasi kebijakan, pengelolaan jaringan NGO, pengelolaan program, dan penataan kelembagaanlah yang lebih banyak berkontribusi pada kapasitasnya saat ini sebagai konsultan dan fasilitator.  Pada proses-proses itu dia banyak belajar mengelola dan memfasilitasi forum-forum, baik yang sifatnya kelembagaan maupun lintas organisasi dan lintas isu.

Pengalamannya aktif di NGO dimulai pada saat dia bergabung di YAPPIKA sebagai Project Officer Advokasi dan Jaringan pada tahun 1999 hingga 2004, lalu berlanjut sebagai Manager  Advokasi dan Jaringan hingga tahun 2010.  Pada waktu bersamaan, yaitu antara 2004 hingga 2010 dia juga aktif sebagai Koordinator  Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3), yaitu suatu jaringan masyarakat sipil yang berfokus pada advokasi pelayanan publik di Indonesia.

Profesinya sebagai konsultan dan fasilitator independen dimulainya tahun 2011. Dengan memfokuskan keahlian pada fasilitasi dan asistensi penguatan kelembagan NGO, perancangan program, pendampingan kapasitas advokasi dan analisis stakeholder, serta pendampingan pembuatan desain pelatihan dan teknik fasilitasi. Di tengah perjalanannya sebagai konsultan dan fasilitator independent, pada tahun 2016 Indonesia Budget Center (IBC) yaitu NGO yang bergerak di isu advokasi anggaran negara memintanya mengambil peran Direktur sementara selama dua tahun. Dia menggunakan masa dua tahun tersebut sebagai proses belajar, menggeluti penataan kelembagaan secara lebih dekat. Kemudian pada tahun 2018 hingga saat ini dia kembali memfokuskan perhatiannya pada profesinya sebagai konsultan dan fasilitator independent.

Pengalamannya memfasilitasi kelembagaan berbagai NGO dalam 14 tahun terakhir membuatnya cukup dipercaya oleh banyak NGO untuk memberikan pendampingan dan fasilitasi penyusunan perencanaan strategis, penyusunan perancangan program kerja, penyusunan rencana kerja organisasi, assessment kapasitas organsiasi, penyusunan roadmap advokasi berbagai koalisi dan jaringan advokasi.

Saat ini, Ajeng sedang menekuni pendekatan mindfulness untuk mengembangkan metode pembelajaran dalam proses fasilitasi. Hal ini menunjukkan dedikasinya untuk terus berkembang secara pribadi dan profesional serta upayanya untuk memperdalam pemahaman dalam fasilitasi yang berkesadaran.

Misran Lubis

Seorang pria kelahiran Pasaman, Sumatera Barat yang sering disapa Misran. Memiliki latar pendidikan adalah sarjana komunikasi penyiaran islam di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang selesai pada tahun 2001.  Selain pendidikan formal, Misran Lubis juga mengikuti berbagai pendidikan singkat (Short Course) yang mendukung kerja-kerjanya sebagai aktivis organisasi masyarakat sipil. Dia adalah seorang aktivis yang memiliki kepedulian dengan isu perlindungan anak dan perempuan yang memiliki komitmen yang kuat, integritas, empati, keadilan, ketekunan dan tekad untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat.

Misran memiliki pengalaman selama 23 tahun menjadi seorang aktivis organisasi masyarakat sipil dimulai pada tahun 1998 sebagai relawan advokasi di Bitra Indonesia, dan kemudian bergabung dengan Yayasan PKPA tahun 2000 sampai sekarang. Selama bekerja di PKPA telah menempati berbagai level posisi, dari staf sampai menjadi direktur eksekutif dan sekretaris badan pengurus. Selain pengalaman bersama Yayasan PKPA, dia juga mendapat pengalaman sebagai ketua Forum Komunikasi PUSPA Sumatera Utara periode 2017-2020 sambil menjabat sebagai Ketua Dewan Daerah Walhi Sumatera Utara periode 2016-2020. Tahun 2019 sampai 2021 dia juga diangkat menjadi  Direktur Eksekutif Konsil LSM Indonesia, dan sejak Juli 2021 sampai dengan sekarang dia menjabat sebagai  Direktur Eksekutif JARAK Indonesia. Dengan pengalaman sebagai aktivis OMS selama lebih dari 20 tahun dia mendapat banyak pengalaman dalam manajemen OMS, pengorganisasi masyarakat dan isu-isu sosial lainnya. Saat ini dia juga tercatat sebagai kandidat komisioner KPAI periode 2022-2027.

Memiliki keahlian dalam penelitian dan menulis dalam kajian anak dan perempuan, menjadikannya kaya pengalaman dalam berkutat dengan penyusunan modul-modul pelatihan, laporan penelitian dan lain-lain. Misran Lubis telah menyusun banyak modul pelatihan dan panduan diantaranya, menyusun modul Pelatihan Child Safeguarding bagi organisasi masyarakat sipil ditahun 2012, menyusun modul training perlindungan anak (Menuju Organisasi Yang Aman Bagi Anak) saat bekerja di PKPA pada tahun 2014, dan menyusun Panduan Prinsip-prinsip Bisnis dan Hak Anak sektor Kelapa Sawit ditahun 2016 dan lain-lain. Misran juga sempat terlibat sebagai peneliti dan penulis “Praktik Baik Sinergi dan Inovasi yang didukung oleh  Forum Komunikasi Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (FK PUSPA) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020

Zubaidah Djohar

Zubaidah Djohar adalah sosok luar biasa yang telah berdedikasi selama dua dekade terakhir telah mengorganisir, memfasilitasi, mendampingi, melakukan penelitian, pengembangan kapasitas, desain, monitoring-evaluasi, analisis kebijakan, advokasi, pelibatan pemangku kepentingan, penguatan masyarakat adat dan kelompok rentan dengan tema-tema: pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, pengembangan kaum muda, inklusi gender dan sosial, kepemimpinan, pembangunan perdamaian, resolusi konflik, pemberdayaan ekonomi, mata pencaharian, tata kelola pemerintahan yang baik, infrastruktur, pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, perencanaan strategis, pengembangan masyarakat dan organisasi. Zubaidah juga telah menulis artikel di buku, jurnal dan media massa. Banyak terlibat dalam transformasi budaya dalam masyarakat melalui integrasi kesetaraan, hak asasi manusia, anti kekerasan dan diskriminasi serta etika politik.

Zubaidah, sampai saat ini telah mengorganisasikan dan menyelenggarakan berbagai workshop, pelatihan, riset, serta program monitoring-evaluasi.. Pada bulan April 2014, ia bertindak sebagai guest lecturer tentang “Korupsi dan Pembangunan” di Departemen Indonesian Studies, University of Sydney. Pada tahun 2016, ia menjadi fasilitator workshop di proyek SIAP1-LAPOR-SP4N, yang merupakan sebuah perusahaan Tetra Tech-USAID, dan  menjadi Gender, Social Inclusion, dan Livelihood Specialist di Program CBNRM Yayasan KEHATI-MCAI pada tahun 2015- 2017.  Pada tahun 2015 hingga saat ini, ia menjadi tim inti dalam program pengembangan kapasitas oleh Helsinki University di Proyek Scraps of Hope.

Zubaidah juga menjadi seorang konsultan dan analis kebijakan untuk draf regulasi AUSAID. Pada tahun 2007 hingga 2015, ia menjadi fasilitator workshop dan fellow researcher di The Aceh Institute. Zubaidah memiliki cukup banyak pengalaman menjadi konsultan baik menjadi konsultan riset, pelatihan, konsultan workshop dan  hingga saat ini ia menjadi Project Manager Air dan Sanitasi di Palu Sulawesi Tenggara dalam proyek ADB.

Selama 20 tahun terakhir, Zubaidah Djohar telah terlibat aktif dalam berbagai proyek yang meliputi penguatan kapasitas, penelitian, advokasi, panduan, fasilitasi, analisis kebijakan, desain, dan monitoring-evaluasi. Dia telah berkontribusi dalam berbagai inisiatif, seperti program penguatan kapasitas di Aceh dengan dukungan Bank Dunia dan UNFPA, serta sebagai Spesialis Gender untuk Proyek Kemakmuran Hijau yang dikelola oleh Millennium Challenge Account – Indonesia, memperkuat prinsip gender di Kalimantan dan Sumatera. Selain itu, pengalamannya juga meliputi kerja sama dengan Islamic Relief dalam penguatan masyarakat di Bima untuk program Kebencanaan dan Pembangunan Perdamaian, serta berkontribusi dalam penelitian dan penguatan masyarakat terkait Konflik Perbatasan di NTB. Di masa-masa lain, ia juga terlibat dalam program penguatan masyarakat dan lembaga pemerintah melalui program Lestari-USAID di Gayo Lues, serta dalam fasilitasi pertemuan pemangku kepentingan untuk mitra Global Fund Advocate Network Asia Pacific (GFAN AP). Sejak tahun 2020, ia juga terlibat dalam menangani isu Watsan di Palu, Sulawesi Tengah, dengan dukungan dari Proyek ADB. Semua upaya ini mencerminkan komitmen Zubaidah terhadap pembangunan berkelanjutan dan perubahan positif dalam masyarakat.

Ketertarikan Zubaidah sangat tertuju pada isu penguatan kapasitas yang melibatkan kolaborasi antara kelompok masyarakat dan pemerintah. Baginya, hal ini merupakan langkah penting dalam menerapkan prinsip-prinsip gender yang adil dan mendukung lingkungan hidup masyarakat lokal. Ia percaya bahwa melalui kerjasama yang erat antara kedua pihak, masyarakat dapat diberdayakan untuk mengatasi tantangan sosial dan ekonomi dengan cara yang berlandaskan pada persamaan hak dan kesejahteraan bersama. Keberpihakan pada prinsip gender yang adil dan inklusif juga menjadi fokusnya, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.

Sunaring Kurniandaru

Sunaring memiliki latar belakang pendidikan Biologi; khususnya di Manajemen Lingkungan. Dia seorang pekerja keras, Sunaring selalu memberikan segala yang terbaik dalam pekerjaannya. Ia memiliki dedikasi yang tinggi untuk terus belajar dan memperluas wawasannya. Mudah berteman dan berkomunikasi dalam lingkungan kerja maupun dalam komunitas. Sejak masih menjadi mahasiswa, Sunaring telah menunjukkan minatnya dalam organisasi kemahasiswaan. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi memperlihatkan ketertarikannya  terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Dalam karir profesionalnya selama 16 tahun di NGO lingkungan, perempuan, pendidikan, dan kebencanaan. 

Pengalaman bekerjanya dimulai dari tahun 2005 hingga 2008 menapaki karirnya sebagai seorang Asisten Peneliti Lapangan (Ornithologi) di Fakultas Biologi Atma Jaya Yogyakarta. Sunaring memulai karirnya di dunia NGO dimulai saat bergabung di Yayasan Kutilang Indonesia dari tahun 2005 sampai 2009 sebagai Koordinator Program Konservasi Gelatik Jawa di Jawa-Bali dan sebagai Staf Outreach. Tahun  2009 sampai 2018, Sunaring bergabung dengan LSM dibidang lingkungan  dan pengurangan resiko bencana sebagai staf program. Sunariang juga sempat menjadi  Field Fasilitator Area Model 3 yang mendampingi,melaksanakan, memfasilitasi program bersama pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan desa di bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan dan pertanian untuk Program KELOLA SENDANG di Sumatera Selatan bersama Yayasan Penabulu. Bersamaan dengan itu, Sunaring juga ditunjuk menjadi Spesialis Kampanye; Pendidikan Lingkungan dan Kebencanaan Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia (Relung Indonesia).

Dalam pengalamannya dengan beberapa organisasi, Sunariang juga bekerja sebagai Freelancer pada beberapa bidang kerja bersama pemerintah sebagai fasilitator daerah dan nasional untuk pendidikan aman bencana di BPBP Provinsi DIY, BNPB dan Kemendikbud. Ia juga sempat bekerja bersama lembaga penelitian sebagai anggota monitoring dan evaluasi program pendidikan program REDI-INOVASI di Kecamatan Lombok Utara bersama lembaga MIGUNANI di tahun 2018 sampai 2020. Selain itu, Sunariang juga bekerja bersama perusahan konsultan sebagai Social Associate HCV-HCS bersama PT. Ata Marie pada tahun 2018- 2021.

Di samping dedikasinya dalam ilmu lingkungan, Sunaring juga memiliki minat yang kuat dalam penelitian sosial-budaya. Ketertarikannya terutama berfokus pada isu-isu perempuan dan anak-anak, dengan tujuan memahami dan mengatasi ketidaksetaraan gender serta perlindungan hak-hak anak. Selain itu, Sunaring juga aktif dalam mendampingi kelompok-kelompok masyarakat, berupaya memastikan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan dan isu-isu sosial. Ia juga sangat peduli dengan akuntabilitas publik yang inklusif, memperjuangkan transparansi dan partisipasi semua pihak dalam pengawasan terhadap kebijakan dan program-program lingkungan. Namun, Sunaring mengakui bahwa ia memiliki keterbatasan dalam respons darurat, khususnya di wilayah perairan, dan ia terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal ini.