Mikdon Purba

Mikdon Purba adalah individu yang berdedikasi dengan hasrat untuk kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Lulus dengan gelar Sarjana (S1) dalam Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor, dengan spesialisasi dalam kesuburan tanah, Mikdon telah menunjukkan komitmennya yang kuat untuk memberikan dampak positif melalui berbagai proyek dan inisiatif.

Sejak terlibat dalam proyek kehidupan berkelanjutan selama fase darurat bencana di Aceh pada tahun 2006, Mikdon telah aktif terlibat dalam pemberdayaan masyarakat. Bekerja sama dengan organisasi seperti Transparency International Indonesia dan Asosiasi Koperasi Kanada, ia bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang terkena dampak bencana dan konflik melalui usaha koperasi. Inisiatif ini berlanjut hingga tahun 2010, memperlihatkan dedikasi Mikdon dalam jangka panjang terhadap pembangunan masyarakat.

Selanjutnya, dari tahun 2010 hingga 2012, Mikdon mengemban peran sebagai koordinator proyek untuk pengembangan koperasi di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Berkolaborasi dengan PASKA Aceh dan Asosiasi Koperasi Kanada, ia berfokus pada peningkatan kapasitas dan produktivitas koperasi primer untuk mendukung tujuan pemasaran terpusat melalui koperasi sekunder. Upayanya termasuk dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan bisnis, menekankan perspektif gender, mempromosikan perdamaian, dan memastikan tata kelola yang baik di dalam koperasi.

Pada tahun 2022, Mikdon bergabung dengan Perkumpulan Desa Lestari untuk mengelola proyek eskalasi usaha madu di desa-desa zona penyangga Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan produksi madu, pembentukan badan usaha (koperasi pemasaran), dan pemasaran madu. Dari tahun 2023 hingga saat ini, ia telah aktif terlibat dalam proyek peningkatan kapasitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Kudus.

Dengan semangat kewirausahaan, Mikdon telah mencoba berbagai usaha pertanian dan perikanan, memanfaatkan keterampilannya untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Selain itu, keahliannya dalam menulis laporan kegiatan dan artikel telah memperkuat dampak inisiatifnya, menyebarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari usahanya.

Secara keseluruhan, Mikdon Purba adalah contoh individu yang berkomitmen untuk mewujudkan mata pencaharian berkelanjutan, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan perubahan positif melalui usahanya dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan masyarakat.

Sugiarto Arif Santoso

Sugiarto Arif Santoso adalah seorang profesional berpengalaman dengan latar belakang di bidang ekonomi. Mendapat gelar M.Si setelah menamatkan pascasarjana bidang studi Ilmu Ekonomi di Universitas Syiah Kuala Aceh. Pendidikan lainnya dia peroleh pada Bidang Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Terbuka dan Bidang Literatur Daerah di Universitas Indonesia. Sebagai pembelajar, perjalanan karir profesionalnya telah memperkaya pengetahuan pada bidang lainnya seperti pengembangan organisasi nirlaba, pengelolaan pengetahuan, pengelolaan program, monitoring dan evaluasi. Dari pengalamannya dalam hal advokasi kebijakan di tingkat nasional, dia juga banyak mempelajari kebijakan publik terkait ruang sipil, kebijakan organisasi masyarakat sipil, serta skema penganggaran negara.

Sepanjang karirnya, Sugiarto telah bergabung dalam berbagai proyek-proyek pembangunan dan organisasi nirlaba. Karyanya meliputi berbagai sektor pengetahuan di antaranya pengembangan kapasitas organisasi, indeks masyarakat sipil, indeks keberlanjutan masyarakat sipil, perencanaan organisasi, perencanaan desa, hingga persoalan-persoalan lingkungan hidup seperti perhutanan sosial, konservasi, dan pendanaan bagi konservasi.

Dalam hal riset, Sugiarto juga telah menuntaskan risetnya terkait studi tentang mobilisasi sumber daya, peluang dana konservasi berkelanjutan, dan alokasi anggaran. Publikasinya mencerminkan komitmennya untuk berbagi pengetahuan dan mendorong perubahan positif dalam bidangnya.

Secara keseluruhan, Sugiarto Arif Santoso adalah individu dinamis yang dikenal karena keahlian, dedikasi, dan semangatnya untuk berkontribusi pada pengembangan dan peningkatan organisasi masyarakat sipil serta pengabdiannya pada isu kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan hidup.

Haris A. Ch. Oematan

Haris adalah seorang individu yang luar biasa, memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan komunitas dan advokasi untuk isu-isu sosial yang relevan. Sejak masa kuliahnya di Universitas Nusa Cendana Kupang, Haris telah aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, menunjukkan sifat rendah hati, integritas, dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Sebagai seorang yang proaktif dan mudah beradaptasi, Haris telah berhasil memimpin berbagai proyek dan organisasi selama bertahun-tahun. Dalam perannya sebagai Direktur CIS Timor, Haris telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola tim dan mengkoordinasikan berbagai inisiatif, termasuk menjadi koordinator dalam berbagai aliansi dan jaringan kerja.

Pengalaman Haris dalam berbagai forum dan komunitas, termasuk sebagai penasihat dalam pengurangan risiko bencana, menunjukkan keahliannya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Haris juga telah terlibat dalam pengembangan program-program untuk berbagai organisasi, menunjukkan komitmenya terhadap pemberdayaan dan inklusi sosial.

Meskipun memiliki keterbatasan dalam percaya diri untuk mengembangkan layanan jasa, Haris tetap menunjukkan kemampuannya dalam membangun relasi dan berkontribusi dalam berbagai kampanye dan advokasi. Dengan dedikasi dan komitmennya terhadap isu-isu sosial, Haris terus menjadi sosok yang inspiratif dan berpengaruh dalam memajukan masyarakat lokalnya.

Febrilia Ekawati

Febri adalah seorang individu yang bersemangat dan berdedikasi dalam memperjuangkan isu lingkungan dan sosial, meskipun latar belakang pendidikannya adalah dari Fakultas Pertanian. Dari tahap awal pendidikannya di TK hingga meraih gelar sarjana, dia telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia pendidikan di Lampung.

Kecintaannya pada pembelajaran lintas disiplin ilmu seperti hukum dan sosial membuatnya memiliki wawasan yang luas dan mendalam dalam memahami berbagai isu yang kompleks. Namun, tidak hanya berhenti pada aspek akademis, Febri juga aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil sejak tahun 2006, dimulai dari JWJL Lampung, Serikat Tani Indonesia, hingga Perkumpulan Telapak.

Puncak kiprahnya dalam organisasi terjadi ketika dia bergabung dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) pada tahun 2010. Menjabat sebagai direktur eksekutif YKWS sejak 2017, dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat terutama dalam hal pendidikan lingkungan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Di samping itu, Febri juga terlibat dalam advokasi kebijakan di sektor anggaran, dengan fokus pada audit sosial bersama masyarakat. Namun, tantangan utamanya adalah minimnya dukungan dari masyarakat terhadap gerakan advokasi tersebut, terutama dalam hal transparansi anggaran di Provinsi Lampung.

Ketertarikan khusus Febri pada advokasi kebijakan dan upayanya dalam memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap perubahan positif bagi masyarakat Lampung. Dengan kepemimpinan dan dedikasinya yang terus-menerus, dia terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif yang dijalankan oleh YKWS dan Blue Seed Indonesia, organisasi yang dia dirikan pada tahun 2022 dan di mana dia kini menjabat sebagai ketua dewan pengawas.

Muchamad Awal

Awal, seorang yang awalnya pendiam dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat, mulai menunjukkan perubahan ketika memasuki masa SMA. Di saat itu, dia mulai aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada tahun 1997, Awal memulai perjalanan kuliahnya di Kampus Universitas Indonesia, mengambil jurusan Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya. Tak hanya itu, dia juga menjalani kuliah S1 Manajemen di STIE Adhi Niaga Bekasi.

Selama masa kuliahnya, Awal sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan ikut berperan dalam Gerakan 98, sebuah gerakan mahasiswa yang bersejarah di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Awal mulai terlibat dalam dunia kerja dengan bergabung di posko Mapala UI dan Yayasan Bumoe Leuseur di Aceh. Di sana, Awal dan timnya memberikan layanan penting seperti penyediaan data kondisi para penyintas dan pembuatan database menggunakan metode pemetaan GIS.

Awal berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi besar seperti UNOCHA, UNICEF, UNHCR, dan UPC (Urban Poor Consorsium) antara tahun 2005-2008. Pelayanan yang mereka berikan meliputi asesor, survei, konsultasi, dan pendampingan dalam berbagai bidang seperti kehidupan berkelanjutan, pertanian, lingkungan, permakultur, dan mitigasi bencana. Selama dekade terakhir, mereka telah bekerja dengan lebih dari 80 mitra, termasuk komunitas dan perusahaan swasta.

Awal sangat memperhatikan masyarakat di daerah terpencil, terutama keluarga-keluarga yang tinggal di daerah dengan akses minim. Dia menyadari bahwa budaya pemerintah yang cenderung menyamaratakan kebijakan secara nasional seringkali menimbulkan kesenjangan di daerah-daerah terpencil tersebut. Awal berpendapat bahwa kebijakan pemerintah seharusnya lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dia percaya bahwa mengakomodasi kebijakan lokal ke dalam kebijakan nasional akan menguatkan kearifan lokal dan memperkuat persatuan bangsa. Di setiap langkahnya, Awal berusaha untuk menyelaraskan kebijakan nasional dengan realitas lokal, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia secara keseluruhan.

Marsen Benediktus Sinaga

Marsen Benediktus Sinaga, lahir 1971, konsultan Indonesia terkemuka dalam Manajemen Berbasis Hasil, Manajemen Proyek, dan Penguatan Institusi. Lulusan Filsafat, Hukum, dan Studi Perdamaian. Dengan pengalaman 15 tahun, ahli dalam fasilitasi, pelatihan, dan riset. Berperan penting di Studio Tanya dan Insist Press. Lancar berbahasa Inggris. Mempengaruhi diskusi di Indonesia, Timor Leste, dan Kamboja melalui tulisan dan aktivisme untuk keadilan sosial. Marsen Benediktus Sinaga memiliki pengalaman kerja yang luas dan beragam dalam berbagai posisi organisasional. Sejak 2004, ia telah menjadi konsultan, trainer, dan peneliti dalam berbagai bidang seperti Manajemen Siklus Proyek, Evaluasi Eksternal, dan Penguatan Organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Direktur di Studio Tanya sejak 2020, dan sebelumnya sebagai Manajer di Insist Press dari April 2019 hingga Desember 2021. Sebagai Wakil Perwakilan Negara Indonesia untuk Canadian Catholic Organization for Development and Peace (CCODP) dari Mei 2010 hingga Desember 2015, ia mendukung mitra lokal dalam perencanaan strategis dan evaluasi. Marsen juga terlibat dalam berbagai proyek bersama Semarak Cerlang Nusa – Consultancy, Research and Education for Social Transformation (SCN-SCEST) serta International Labour Organization (ILO). Posisi dan pengalaman organisasionalnya mencerminkan dedikasi panjang dalam pengembangan masyarakat dan pemahaman yang mendalam tentang dinamika sosial.

Marsen Benediktus Sinaga telah memberikan layanan jasa yang luas kepada berbagai organisasi selama bertahun-tahun. Sebagai Direktur di Studio Tanya sejak 2020, ia menyediakan pendidikan kritis yang reflektif. Sebagai Manajer di Insist Press dari 2019 hingga 2021, ia menghadirkan penerbitan independen untuk isu-isu populer. Sebagai Wakil Perwakilan Negara Indonesia untuk Canadian Catholic Organization for Development and Peace (CCODP) dari 2010 hingga 2015, ia mendukung mitra lokal dalam perencanaan strategis dan evaluasi. Sebelumnya, Marsen telah memberikan layanan jasa kepada organisasi seperti Semarak Cerlang Nusa – Consultancy, Research and Education for Social Transformation (SCN-SCEST) dan International Labour Organization (ILO). Dengan output berupa pelatihan, konsultasi, dan riset, pengalamannya mencerminkan kontribusi yang substansial dalam pengembangan masyarakat dan keberlanjutan organisasional.

Marsen Benediktus Sinaga memiliki ketertarikan khusus dalam penguatan masyarakat, keadilan sosial,dan pembangunan berkelanjutan. Selama kariernya, ia telah secara konsisten memperjuangkan hak-hak pekerja, keberlanjutan lingkungan, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Marsen juga secara aktif terlibat dalam advokasi untuk pekerja migran dan masyarakat adat, serta mengkaji dampak kebijakan ekonomi global terhadap mereka. Meskipun memiliki keahlian yang luas, Marsen mungkin menghadapi keterbatasan dalam sumber daya atau aksesibilitas, terutama dalam konteks pekerjaan dengan komunitas yang rentan atau terpinggirkan. Namun, dedikasinya terhadap tujuan-tujuan tersebut tetap kuat, dan ia terus berupaya untuk memberikan kontribusi yang bermakna dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

 

 

Misan

Misan adalah seorang profesional yang telah mengumpulkan pengalaman berharga dalam berbagai bidang, menandai perjalanannya dengan kesetiaan pada kesejahteraan sosial dan pembangunan komunitas. Dengan gelar Magister dalam Kesejahteraan Sosial dan Sarjana dalam Pengembangan Komunitas Islam, Misan telah membangun fondasi pendidikan yang kuat. Dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta, dia membawa semangat dan adaptabilitas ke dalam perjalanannya yang beragam di dunia kerja.

Pertama-tama, Misan memulai karirnya sebagai Petugas Administrasi dan Keuangan Program untuk FHI-ASA, tempat ia terlibat dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kemitraan untuk kampanye HIV/AIDS. Pengalaman awal ini memicu semangatnya untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Misan kemudian melangkah ke peran yang lebih besar, termasuk sebagai Pejabat Kemitraan di Yayasan SatuDunia, di mana dia membangun kerjasama, mengadakan pelatihan, dan mengelola basis data dengan cermat.

Peran kunci Misan sebagai Petugas Administrasi untuk program Penguatan Sistem Komunitas untuk Mengurangi Kerentanan dan Dampak Infeksi HIV menunjukkan kepiawaiannya dalam manajemen operasional, koordinasi tim, dan memastikan kepatuhan terhadap standar operasional. Pengalaman sebagai Koordinator Evaluasi Kemitraan dan Pemantauan untuk Pengeluaran Kampanye Media Pemilihan dalam Pemilihan Presiden 2014 melibatkan Misan dalam manajemen data, fasilitasi partisipasi pemangku kepentingan, dan memastikan kesuksesan program.

Saat ini, Misan menjabat sebagai Staf HR di PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, di mana ia bertanggung jawab atas rekrutmen, pengembangan karyawan, dan memastikan kepatuhan organisasi. Dia menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan produktif, mendorong pertumbuhan dan kolaborasi.

Di luar pekerjaan, Misan adalah individu yang menonjol dengan integritas, kepedulian, dan komitmen pada pelayanan masyarakat. Dia adalah pemimpin yang menempatkan keadilan sosial sebagai prinsip utama dalam tindakan dan keputusan. Melalui dedikasinya yang tak tergoyahkan, Misan memiliki visi untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan empatik.

Dengan pengalaman yang beragam dan kepemimpinan yang kuat, Misan terus membuktikan dirinya sebagai agen perubahan yang efektif dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Dalam setiap langkahnya, Misan menjaga komitmennya untuk menciptakan perubahan positif, menjadikannya tokoh yang dihormati dan diandalkan di dunia pembangunan komunitas.

Eko Sujatmo,S.E.

Eko Sujatmo, SE, seorang Spesialis Tata Kelola Desa di Perkumpulan Desa Lestari, Yogyakarta. Dia lahir pada 4 Maret 1983, memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi. Keahliannya mencakup pemberdayaan masyarakat, fasilitasi pelatihan, dan advokasi kebijakan. Karakternya mencerminkan dedikasi, keuletan, dan keterampilan dalam membangun kemitraan dengan pemerintah dan elemen masyarakat. Sebagai pemimpin program, dia menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan desa.

Eko Sujatmo telah mengakumulasi pengalaman kerja organisasional yang luas selama bertahun-tahun. Dia mulai sebagai volunter pada program “Strengthening Civic Value: Ecosoc Right and Democratic Governance” pada 2010. Selanjutnya, dia menjadi volunter untuk PNPM Peduli pada 2011, mengambil peran dalam “Empowerment Farmer Bargaining Power to Improve Sustainable Community Livelihood”. Pada 2012, dia menjadi Fasilitator Kelompok Pengelola Hutan Rakyat Lestari. Dari 2013 hingga 2015, dia bekerja sebagai Pendamping Lokal Unit Pengelola Kegiatan di PNPM Mandiri. Sejak 2015, Eko telah menjabat dalam berbagai posisi di Perkumpulan Desa Lestari, termasuk sebagai Pendamping Desa, Tim Penulis Buku, Spesialis Kebijakan Desa, hingga Program Manager Pengembangan BUMDes. Pengalamannya yang kaya ini mencerminkan dedikasinya dalam memperkuat masyarakat desa dan mengembangkan keberlanjutan lokal.

Eko Sujatmo telah memberikan layanan jasa yang signifikan melalui berbagai organisasi. Sebagai bagian dari Perkumpulan Desa Lestari sejak Oktober 2015, dia telah memperkuat pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan, dan membangun kemitraan dengan pemerintah serta organisasi lokal. Dia juga menginisiasi dan memfasilitasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, melalui kolaborasi dengan Yayasan Saemaul Globalisasi Indonesia, PALUMA Nusantara, Jaringan Nelayan (JALA), dan Djarum Foundation, Eko telah memberikan kontribusi dalam pengembangan pembangunan desa, kelestarian lingkungan, dan penguatan ekonomi lokal di berbagai daerah, seperti Gunungkidul, Kudus, dan Tanjung Batu. Ini mencerminkan dedikasinya dalam memberikan layanan jasa yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.Eko Sujatmo memiliki ketertarikan khusus dan komitmen yang kuat terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Keberpihakannya jelas terlihat dalam upayanya memperkuat tata kelola pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak terkait. Namun, mungkin ada keterbatasan atau tantangan yang dihadapi, seperti kemungkinan terbatasnya sumber daya atau aksesibilitas di daerah pedesaan. Meskipun demikian, kesungguhan dan dedikasinya terhadap pekerjaannya tampaknya menjadi pendorong utama dalam mengatasi hambatan dan memberikan dampak positif bagi komunitas lokal. Eko Sujatmo juga mungkin memiliki keinginan untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang pengembangan desa dan keberlanjutan.

Anggoro Budi Prasetyo

Anggoro beberapa teman memanggil Angie, lahir di Magelang, sarjana Arkeologi seringkali dibilang sarjana batu akik dengan gelar magisternya di bidang penanggulangan bencana. Anggoro seorang yang ramah dan supel, mudah bergaul serta tidak tegaan bahkan sebagian orang mengatakan tidak tegas kalau berhubungan dengan urusan personal. Namun kalau untuk urusan kelembagaan dia akan bisa sangat tegas.  Relasinya dengan teman-teman sejawat di pekerjaan sosial maupun dengan pemerintah dan masyarakat tidak diragukan lagi. 

Sejak masih mahasiswa di tahun 1997 sudah terlibat dalam kegiatan Mapala dan juga beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya. Hal itu yang mendorongnya dalam kerja-kerja organisasional lainnya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setelah dari beberapa Pusat Studi di kampusnya sebagai asisten peneliti. Tahun 2003 bergabung dengan LSM yang bergerak di isu gender sebagai CO hingga menjadi koordinator dan PLH ketua lembaga. Kemudian di tahun 2013 dipercaya sebagai direktur LSM yang bergerak di isu gender dan kebencanaan. Dan di tahun 2018 berpindah ke LSM yang isu utamanya kebencanaan, humanitarian dan perubahan iklim. Karena dedikasinya di dalam pengarusutamaan gender di DIY, dia mendapatkan anugerah Gender Champions dari Pemerintah DIY di tahun 2019. Sempat menjadi Koordinator maupun presidium di beberapa jejaring seperti Gender Working Group (GWG) DIY dan Forum Suara Korban Bencana, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY sampai sekarang.

Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Terlibat sebagai seorang fasilitator nasional BNPB sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Hal yang cukup unik dari seorang Anggoro dikenal sebagai direktur berbagai lembaga, dikarenakan selain sebagai koordinator di IHAP, kemudian sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana dan Koordinator Bidang di Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY. Setelah itu diminta untuk menjadi Direktur di LSM Aksara bersamaan sebagai koordinator GWG Jogja, lalu tahun 2018 diminta sebagai Direktur Pujiono Centre hingga sekarang. Hal tersebut harus dilakukan karena ketertarikannya dalam isu kebencanaan, perubahan ikilim, humanitarian serta pengarusutamaan gender terutama dalam perencanaan penganggaran yang responsif gender. Di isu-isu tersebutlah kiprahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, namun tidak mengurangi ketertarikan untuk belajar di isu-isu lainnya yang tetap dilakukan hingga saat ini.

 

Kartisah Ajeng Kesuma Ningrum

Ajeng adalah seorang konsultan dan fasilitator profesional yang menemukan jalan profesinya melalui proses belajar dari pengalamannya selama kurang lebih 20 tahun. Dia  mengenyam Pendidikan di Institut Pertanian Bogor dan Fisip UI untuk belajar ilmu politik. Namun aktivitasnya di NGO yang banyak menghubungkannya pada kerja-kerja advokasi kebijakan, pengelolaan jaringan NGO, pengelolaan program, dan penataan kelembagaanlah yang lebih banyak berkontribusi pada kapasitasnya saat ini sebagai konsultan dan fasilitator.  Pada proses-proses itu dia banyak belajar mengelola dan memfasilitasi forum-forum, baik yang sifatnya kelembagaan maupun lintas organisasi dan lintas isu.

Pengalamannya aktif di NGO dimulai pada saat dia bergabung di YAPPIKA sebagai Project Officer Advokasi dan Jaringan pada tahun 1999 hingga 2004, lalu berlanjut sebagai Manager  Advokasi dan Jaringan hingga tahun 2010.  Pada waktu bersamaan, yaitu antara 2004 hingga 2010 dia juga aktif sebagai Koordinator  Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3), yaitu suatu jaringan masyarakat sipil yang berfokus pada advokasi pelayanan publik di Indonesia.

Profesinya sebagai konsultan dan fasilitator independen dimulainya tahun 2011. Dengan memfokuskan keahlian pada fasilitasi dan asistensi penguatan kelembagan NGO, perancangan program, pendampingan kapasitas advokasi dan analisis stakeholder, serta pendampingan pembuatan desain pelatihan dan teknik fasilitasi. Di tengah perjalanannya sebagai konsultan dan fasilitator independent, pada tahun 2016 Indonesia Budget Center (IBC) yaitu NGO yang bergerak di isu advokasi anggaran negara memintanya mengambil peran Direktur sementara selama dua tahun. Dia menggunakan masa dua tahun tersebut sebagai proses belajar, menggeluti penataan kelembagaan secara lebih dekat. Kemudian pada tahun 2018 hingga saat ini dia kembali memfokuskan perhatiannya pada profesinya sebagai konsultan dan fasilitator independent.

Pengalamannya memfasilitasi kelembagaan berbagai NGO dalam 14 tahun terakhir membuatnya cukup dipercaya oleh banyak NGO untuk memberikan pendampingan dan fasilitasi penyusunan perencanaan strategis, penyusunan perancangan program kerja, penyusunan rencana kerja organisasi, assessment kapasitas organsiasi, penyusunan roadmap advokasi berbagai koalisi dan jaringan advokasi.

Saat ini, Ajeng sedang menekuni pendekatan mindfulness untuk mengembangkan metode pembelajaran dalam proses fasilitasi. Hal ini menunjukkan dedikasinya untuk terus berkembang secara pribadi dan profesional serta upayanya untuk memperdalam pemahaman dalam fasilitasi yang berkesadaran.