Sunaring Kurniandaru

Sunaring memiliki latar belakang pendidikan Biologi; khususnya di Manajemen Lingkungan. Dia seorang pekerja keras, Sunaring selalu memberikan segala yang terbaik dalam pekerjaannya. Ia memiliki dedikasi yang tinggi untuk terus belajar dan memperluas wawasannya. Mudah berteman dan berkomunikasi dalam lingkungan kerja maupun dalam komunitas. Sejak masih menjadi mahasiswa, Sunaring telah menunjukkan minatnya dalam organisasi kemahasiswaan. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi memperlihatkan ketertarikannya  terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Dalam karir profesionalnya selama 16 tahun di NGO lingkungan, perempuan, pendidikan, dan kebencanaan. 

Pengalaman bekerjanya dimulai dari tahun 2005 hingga 2008 menapaki karirnya sebagai seorang Asisten Peneliti Lapangan (Ornithologi) di Fakultas Biologi Atma Jaya Yogyakarta. Sunaring memulai karirnya di dunia NGO dimulai saat bergabung di Yayasan Kutilang Indonesia dari tahun 2005 sampai 2009 sebagai Koordinator Program Konservasi Gelatik Jawa di Jawa-Bali dan sebagai Staf Outreach. Tahun  2009 sampai 2018, Sunaring bergabung dengan LSM dibidang lingkungan  dan pengurangan resiko bencana sebagai staf program. Sunariang juga sempat menjadi  Field Fasilitator Area Model 3 yang mendampingi,melaksanakan, memfasilitasi program bersama pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan desa di bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan dan pertanian untuk Program KELOLA SENDANG di Sumatera Selatan bersama Yayasan Penabulu. Bersamaan dengan itu, Sunaring juga ditunjuk menjadi Spesialis Kampanye; Pendidikan Lingkungan dan Kebencanaan Yayasan Resiliensi Lingkungan Indonesia (Relung Indonesia).

Dalam pengalamannya dengan beberapa organisasi, Sunariang juga bekerja sebagai Freelancer pada beberapa bidang kerja bersama pemerintah sebagai fasilitator daerah dan nasional untuk pendidikan aman bencana di BPBP Provinsi DIY, BNPB dan Kemendikbud. Ia juga sempat bekerja bersama lembaga penelitian sebagai anggota monitoring dan evaluasi program pendidikan program REDI-INOVASI di Kecamatan Lombok Utara bersama lembaga MIGUNANI di tahun 2018 sampai 2020. Selain itu, Sunariang juga bekerja bersama perusahan konsultan sebagai Social Associate HCV-HCS bersama PT. Ata Marie pada tahun 2018- 2021.

Di samping dedikasinya dalam ilmu lingkungan, Sunaring juga memiliki minat yang kuat dalam penelitian sosial-budaya. Ketertarikannya terutama berfokus pada isu-isu perempuan dan anak-anak, dengan tujuan memahami dan mengatasi ketidaksetaraan gender serta perlindungan hak-hak anak. Selain itu, Sunaring juga aktif dalam mendampingi kelompok-kelompok masyarakat, berupaya memastikan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan dan isu-isu sosial. Ia juga sangat peduli dengan akuntabilitas publik yang inklusif, memperjuangkan transparansi dan partisipasi semua pihak dalam pengawasan terhadap kebijakan dan program-program lingkungan. Namun, Sunaring mengakui bahwa ia memiliki keterbatasan dalam respons darurat, khususnya di wilayah perairan, dan ia terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal ini.

Setyo Dwi Herwanto

Setyo, pria kelahiran magelang, sarjana Sastra Indonesia dan meraih gelar  magisternya dalam Kajian Budaya. Setyo dikenal sebagai pria yang supel dan mudah bergaul. Ia mampu menjalin hubungan yang baik dengan siapapun, dari teman sejawat di dunia akademis hingga para pekerja sosial di komunitasnya. Tingginya rasa empati dan kepedulian Setyo terhadap sesama manusia memang patut diapresiasi. Ia juga aktif terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya. Ia sering terlihat mengambil peran dalam program-program amal, kegiatan lingkungan, dan kegiatan sosial lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.

Mulai tahun 1999, Setyo telah terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai Office Boy. Pada tahun 2003 hingga 2008, Setyo mengalami kenaikan jabatan yang luar biasa. Ia berhasil mencapai posisi Direktur di Pattiro Surakarta. Setelah menjalani masa jabatan sebagai Direktur, Setyo terus berkontribusi dalam berbagai peran penting. Antara tahun 2009 dan 2011, ia berperan sebagai Advisor dalam beberapa program di Pattiro Surakarta, menunjukkan kemampuannya untuk memberikan panduan dan saran yang berharga dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif sosial.

Mulai pada tahun 2015, ia mulai bergabung di Penabulu Foundation dan menduduki posisi Program Manager. Peran ini mungkin mengharuskannya mengelola program-program yang lebih khusus dan fokus pada tujuan-tujuan yayasan. Pada periode 2016 hingga 2018, Setyo mengawasi Divisi Akuntabilitas dan Transparansi di Penabulu Foundation, menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan keterbukaan.Tidak hanya berfokus pada implementasi program, pada tahun 2018 hingga 2021, Setyo dipercaya untuk mengelola Badan Pelaksana Riset di Institut Penabulu Foundation.

Selama bertugas di Pattiro Surakarta dari tahun 2003 hingga 2007, Setyo berperan dalam memberikan pendampingan kepada Komunitas Pengemudi Becak di Kota Surakarta. Fokusnya adalah meningkatkan partisipasi komunitas dalam perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan publik di kota Surakarta. Dari tahun 2007 hingga 2011, Setyo tidak hanya melanjutkan pendampingan untuk Komunitas Pengemudi Becak, tetapi juga memperluas cakupan tugasnya. Ia juga memberikan pendampingan kepada Kader Posyandu, Badan Otonom PCNU Kota Surakarta, dan Forum Lintas Sektoral untuk implementasi Hak Ecosoc di Kota Surakarta. Pengalamannya dalam memberikan layanan beralih ke Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana ia memberikan pendampingan kepada Civil Society Organizations (CSO) untuk meningkatkan partisipasi dalam perencanaan penganggaran daerah pada tahun 2012- 2014. Pada tahun 2016 hingga 2018, bersama dengan Penabulu Foundation, Setyo mengambil peran dalam memfasilitasi Subdit Bintek DJPK Kemenkeu RI. Fokusnya adalah pada peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan pada Layanan Terdepan Pemerintah Daerah, seperti Puskesmas, SD, dan Kecamatan.

Setyo memiliki ketertarikan mendalam pada beberapa tema yang telah menjadi fokus utamanya. Salah satunya adalah Pemberdayaan Masyarakat Desa, di mana ia merasa bahwa memberikan dukungan dan keterlibatan kepada masyarakat desa adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, tema Perencanaan Penganggaran Daerah juga menarik perhatian Setyo. Ia menyadari bahwa pengelolaan anggaran daerah memainkan peran penting dalam menyusun prioritas pembangunan dan alokasi sumber daya. Pengelolaan Pengetahuan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, juga menjadi fokus penting bagi Setyo. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memberikan pilihan dan peluang yang lebih baik bagi masyarakat.

Lukman Hakim

Lukman, demikian disapa, menyelesaikan pendidikan S1 Ekonomi Syariah di UIN Banten. semasa kuliah Ia mengambil peran aktif dalam berbagai kegiatan organisasi di UIN Banten, seperti menjadi anggota pengurus di himpunan mahasiswa ekonomi Islam, serta terlibat dalam berbagai diskusi dan seminar terkait isu-isu ekonomi dan agama. Salah satu hal yang paling mencolok tentang Lukman adalah semangatnya yang luar biasa dalam bekerja keras dan belajar. Ia tidak pernah ragu untuk mengambil tantangan baru dan senang mengeksplorasi hal-hal baru dalam pekerjaannya.Lukman juga memiliki kemampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Kemampuannya ini membuatnya mudah berteman dan bekerja sama dengan berbagai individu dalam lingkungan kerja maupun dalam komunitas. 

Lukman merupakan lulusan Universitas Islam di Provinsi Banten dengan pengalaman kerja yang relevan dengan bidang kesejahteraan sosial. Ia telah melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan dunia sosial. Dia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, termasuk kepemimpinan di HMI sejak 2013. Pada 2014, dia menjadi Program Manager di Yayasan Yatim Mandiri. Tahun 2015-2016, Lukman menjadi Pendamping Desa, mendekatkan diri pada masyarakat pedesaan. Di periode 2016-2018, ia berkontribusi di DPD KNPI Banten, fokus pada pemberdayaan pemuda dan pembangunan daerah. Bergabung dengan PATTIRO Serang pada 2016, ia mengadvokasi transparansi dan akuntabilitas. Pada 2019, di LP2S, ia mengurus Humas. Tak lama kemudian, ia terjun lagi pada Program Eliminasi Tuberculosis (TBC) Penabulu – STPI yang didanai oleh Global Fund (GF) sebagai SR Manajer hingga sekarang.

Lukman, selama menjadi mahasiswa, ia telah memiliki pengalaman kerja luas sejak ia kuliah. Antara tahun 2012 hingga 2015, ia telah berpengalaman sebagai konsultan politik di sebuah lembaga survei. Ia juga memiliki pengalaman sebagai pengorganisir event dan pelatihan bimtek sertifikasi profesi. Selain itu, Lukman juga telah berpengalaman dalam pengadaan barang/jasa di berbagai instansi pemerintah, termasuk di kabupaten dan kota Serang. Dengan berbagai pengalaman tersebut, Lukman telah menunjukkan bahwa ia berani berkecimpung dalam dunia kerja sejak masih aktif dalam perkuliahan.

Memiliki ketertarikan pada isu sosial dan politik. Saat ini, ia tengah melakukan uji coba konsep yang inovatif: mengubah sampah plastik menjadi furniture. Melalui upaya ini, ia berusaha mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah plastik, sambil menciptakan nilai ekonomi baru dari material yang sebelumnya dianggap sebagai limbah.  Lukman juga memiliki ambisi untuk mengembangkan keahlian terkait konsultasi perpajakan. Ia mengakui pentingnya pemahaman yang mendalam tentang perpajakan dalam konteks ekonomi yang lebih luas. 

Mochamad Theo Zaenuri

Theo Zaenuri adalah sosok yang dikenal sebagai seseorang yang tegas dan fokus dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini terlihat dari setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia selalu berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Ia juga selalu berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik. Ia tidak mudah menyerah dan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Hal ini membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan dihargai oleh orang lain.

Theo memiliki pengalaman yang luas dalam bidang pekerjaan. Dia telah menjadi Founder dan Direktur Yayasan Sadar Hati sejak tahun 2004 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Founder Smart Institute pada tahun 2014 hingga sekarang. Dia juga menjadi Owner dan Direktur di CV Inspira Creativa sejak tahun 2010 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Owner dan Komisaris di PT Semesta Raya IDEO sejak tahun 2020 hingga sekarang. Dia juga menjadi Founder dan Direktur Sahawood Indonesia pada tahun 2014 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Owner dan Direktur Ratowa Home Interior pada tahun 2015 hingga sekarang. 

Selain itu, Theo juga memiliki pengalaman sebagai IDU Officer di FHI pada tahun 2006 hingga 2011, PTO Officer di HCPI pada tahun 2011 hingga 2015, Dosen EIR di Universitas Ciputra pada tahun 2016 hingga 2017, Coach dan mentor pengusaha perempuan Indonesia di UN Women, Konsultan program Harm Reduction di PPH Atmajaya, Konsultan Bidang Advokasi di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Konsultan bisnis di Siklus Indonesia untuk proyek HIVOS 2021 hingga 2022, Team Trainer Harm Reduction di UNODC, Supervisor marketing di PT Kompas Media Nusantara, Enterprenuer produk rempah-rempah untuk ekspor dan komoditi lokal, Mediator agency Property, Mentor bisnis di Binus University.

Theo memiliki pengalaman yang luas dalam bidang pekerjaan. Dia telah menjadi pimpinan dalam organisasi, memberikan asistensi teknis dan memberikan penguatan kapasitas skill melalui pelatihan – pelatihan. Sebagai pimpinan, Theo telah menunjukkan kemampuan untuk mengatur dan mengelola pekerjaan dengan efektif. Selain itu, Theo  juga telah menunjukkan kemampuan untuk mengatur dan mengelola tim dengan baik, mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam banyak karya, Theo memberikan  asistensi teknis untuk membantu banyak organisasi dalam mencapai tujuan. Dia telah menyediakan bantuan teknis untuk membantu organisasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dan meningkatkan kualitas layanan. Theo mampu memberikan penguatan kapasitas dan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan. Banyak organisasi mengakui jika pelatihan yang diberikan oleh Theo telah membantu organisasi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi mereka.

Theo memiliki ketertarikan khusus pada pengembangan inovasi produk, karya, dan pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya alam. Hal ini menunjukkan bahwa Theo memiliki keberpihakan tertentu dalam hal pengembangan inovasi produk, karya, dan pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya alam. 

Barid Hardiyanto

Barid Hardiyanto lahir di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ia  menyelesaikan pendidikan Sarjana Sosiologi. Ia juga melanjutkan pendidikan dengan mengambil S2 dan S3 di Pascasarjana Ilmu Administrasi. Ia adalah seorang pembelajar yang senang dengan inovasi dan transformasi. Ia bertekad untuk terus belajar dan mencari tahu hal-hal baru. Barid Hardiyanto juga selalu berusaha untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mencari peluang untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek inovatif dan transformatif. Ia menyukai hal-hal baru dan mencoba untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan.

Barid saat ini bekerja di Lembaga Penelitian Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH), juga menjadi dosen di UIN Prof. Saifuddin Zuhri Purwokerto dan di beberapa perguruan tinggi lainnya. Ia juga masih tetap menjalani aktivisme dalam memberdayakan masyarakat luas. Ia bersama dengan organisasi petani, buruh migran, guru honorer, perempuan, UMKM, dan lain-lain menjalankan berbagai macam kegiatan untuk memajukan kehidupan masyarakat. Di dunia politik, Barid terlibat dalam mendorong calon pemimpin progresif. Ia berupaya untuk meningkatkan kualitas pemimpin-pemimpin yang dipilih masyarakat dan mengajak masyarakat untuk mengambil bagian dalam memilih pemimpin yang berkualitas. Selain sebagai aktivis dan akademisi, Barid juga merupakan enterpreneur yang berpengalaman. Ia menjadi founder beberapa start up dan ikut membantu menginkubasi berbagai macam ide-ide inovatif dari para enterpreneur. Dengan semua upaya yang ia lakukan, Barid berupaya untuk memajukan kualitas masyarakat melalui berbagai macam inisiatif yang ia lakukan.

F. Felicitas Sri Purwani

Sri Purwani berkecimpung di lemabag swadaya masyarakat sejak tahun 1998. Ani, demikian biasa disapa, mempunyai banyak pengalaman dalam penguatan kapasitas, pendampingan, fasilitasi, dan konsultansi bagi organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat, serta institusi dan lembaga pemerintahan. Mempunyai latar belakang sebagai aktivis pergerakan sosial dengan pendidikan filsafat dan ilmu pemerintahan, memberi dampak komprehensif  dalam setiap proses kerja-kerja pendampingan, konsultasi, penyusunan modul, maupun dokumentasi pembelajaran program.

Secara kelembagaan, Ani bergabung dengan Yayasan SATUNAMA pada 2004 hingga 2014 dan terlibat di beberapa program pemberdayaan masyarakat dan penguatan nilai kewargaan. Dalam waktu bersamaan, pada 2011-2013 Ani juga menjadi konsultan untuk Bank Dunia pada program Good Governance Program Java Recovery Fund di area DIY dan Jawa Tengah. Pada 2014 hingga kini, Ani bergabung bersama Yayasan Penabulu dengan beberapa program kerja yang bersinggungan dengan pemberdayaan desa dan isu GESI.

Selama 10 tahun bekerja di Yayasan SATUNAMA dengan fokus penguatan kapasitas pemerintah desa dan kabupaten, kelompok masyarakat  (perempuan dan pemuda), sektor ekonomi desa, advokasi kebijakan, serta Isu pluralisme dan gender.  Selama di Yayasan SATUNAMA, Ani pernah menyusun “Modul Dokumentasi Pembelajaran Program” bersama  Sungkonghoe University of Republic Korea dan “Modul Training of Facilitator bagi CSR Officer” untuk DSN Palm Oil. 

Sebagai salah satu konsultan program Bank Dunia, Ani terlibat dengan kerja-kerja program pemulihan pasca bencana erupsi Merapi di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Ia pun turut dalam beberapa survey yang diselenggarakan Lembaga Survey Meter pada medio 2017-2018. 

Bersama Yayasan Penabulu, Ani memiliki peran penting dalam kerja-kerja advokasi kebijakan dan hak anak, penguatan tata kelola pemerintahan desa,  penyusunan dokumentasi pembelajaran, dan penyusunan “Modul Pelatihan Pelibatan Anak dalam Musrenbangdes” dan “Modul Traning of Facilitator untuk Pendamping Anak”. Saat ini, Ani menjadi penanggungjawab Yayasan Penabulu Cabang Yogyakarta.

Untuk menjadi sebuah organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat, maupun desa yang berdaya diperlukan rantai keterlibatan secara integratif dengan proses dan gerak bersama. Gerakan bersama yang dikelola secara sistemik melalui penguatan jaringan dan pengelolaan pengetahuan akan menghasilkan perubahan yang berkesinambungan melalui transformasi pembelajaran dan pertemanan lintas generasi.

Adam Kurniawan

Adam Kurniawan, memiliki kalimat sakti “Cara terbaik memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya”. Aktif di WALHI sejak masih duduk di bangku kuliah hingga kini. Pada 2010 mendirikan Balang Institute di kampung halaman. Bersama Balang Institute Indonesia, Adam dan kawan-kawan mendorong insiatif masyarakat dalam mengakses dan mengelola sumber daya alam, serta memobilisasi sumberdaya untuk mendukung inisiatif yang tumbuh dari pengorganisasian masyarakat. Baginya, terus bergerak dan saling memperkuat adalah jalan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Semenjak aktif di Walhi Sulawesi Selatan, Adam menduduki posisi sebagai Kepala Departemen Pengorganisasian Rakyat pada tahun 2006-2009. Kala itu ia mendampingi petani Takalar yang sedang berkontra dengan PTPN XIV dan mendampingi kaum miskin kota di Makassar kala berurusan dengan mafia tanah. Tahun 2009-2010 Adam menjadi fasilitator Access-Ausaid dalam kerja-kerja penguatan kelembagaan 6 (enam) BUMDes di Kabupaten Bantaeng.

Pada 2010, Adam turut mendirikan Balang Institute dan ditunjuk menjadi Direktur hingga 2014. Sempat bekerja untuk ICRAF pada 2014-2016 dalam proyek AGFOR Sulawesi yang mendorong lahirnya Regulasi Imbal Jasa Lingkungan di Bantaeng dan Bulukumba. Tahun 2017-2020 Adam kembali ke Balang Institute dan mengembangkan beragam inovasi berorientasi pada penggunaan lahan dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk mengakses sumber pendanaan alternatif. Kini, Adam mendapat mandat untuk menduduki posisi di Dewan Eksekutif Nasional Walhi sejak tahun 2021.

Sejak 2007, banyak hal yang sudah dilakukan Adam, terutama di bidang advokasi lingkungan. Pada 2007-2009 Adam mendampingi pembentukan dan penguatan Serikat Tani Polombangkeng dan Persatuan Rakyat Kassi-kassi (warga pemukiman kumuh di Makassar); ia juga memfasilitasi penguatan kelembagaan 6 (enam) BUMDes di Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng pada 2009-2010; pada 2010-2014 Adam mendampingi penguatan kelembagaan Pengelola Hutan Desa Labbo, Desa Pattaneteang, dan Desa Campaga hingga mampu menyusun Rencana Kelola Hutan Desa; menjadi Konsultan dalam Project AGFOR Sulawesi yang menghasilkan Peraturan Bupati Bantaeng tentang Jasa Lingkungan di Bantaeng dan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba tentang Masyarakat Adat Kajang di Bulukumba dilakukannya pada rentang waktu 2014-2016; pada tahun 2017-2019 Adam mendamping penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha Koperasi Akar Tani hingga dapat mengakses pinajamn modal dari BLU KLHK untuk menjalankan usaha produksi kopi.

Gregorius Sahdan

Gregorius Sahdan, yang lebih populer dengan nama Goris Sahdan, menyelesaikan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” dan S2 di Program Studi Ilmu Politik FISIPOL Universitas Gadjah Mada. Saat ini Goris sedang menempuh S3 di Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro. Sebagai aktivis ‘98, Goris sering terlibat dalam demo kepada Pemerintah Orde Baru. Goris sehari-hari bekerja sebagai staf pengajar pada Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” dan menjadi Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Periode 2015- 2019 dan 2020 hingga sekarang. Selain dosen, Goris juga aktif di Asosiasi Dosen Ilmu Pemerintahan Seluruh Indonesia (ADIPSI) sebagai Sekjen periode 2016-2021.

Sebagai aktivis era Orde Baru, Goris aktif di berbagai organisasi. Pada 1999 hingga 2001 Goris merupakan Presidium Gerakan Kemasyarakatan PMKRI Yogyakarta. Tahun 2006 atas dukungan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), Goris mendirikan The Indonesian Power of Democracy (IPD). Atas keahliannya di bidang demokrasi, Goris pernah menjadi Tenaga Ahli Komisi II DPR RI pada tahun 2011-2014. Sempat menjalin kerjasama dengan Badan Pengkajian MPR RI pada tahun 2018. Dan sejak tahun 2020 Goris masuk dalam jajaran Pengurus Pusat PMKRI sebagai Wakil Sekjen Bidang Otonomi Daerah, Pembangunan Desa dan Perbatasan.

Sebagai dosen, Goris Sahdan juga aktif dalam kegiatan di luar kampus. Tentu dengan isu yang tidak jauh dari hal yang menjadi concern-nya, politik dan demokrasi. Bersama The Indonesian Power for Democracy (IPD) yang ia dirikan, Goris aktif menulis buah pikirannya di berbagai media nasional (Kompas, Media Indonesia, dan Suara Pembaruan) dan berbagai Jurnal ilmiah.

Tahun 2018, Goris menulis buku berjudul “Mengembangkan Sistem Perwakilan Politik Berintegritas” yang diterbitkan IPD bersama Badan Pengkajian MPR RI. Buku lain yang ia tulis antara lain Evaluasi Kritis Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia; Pilkada dan Kemiskinan di NTT; Petani Buntung di Negeri Sawitl Desa Kuat Negara Berdaulat; Mafia dan Oligarki dalam Pemilu 2019; Oligarki dan Klientelisme dalam Pikada Serentak.

Goris Sahdan berupaya memberikan energi dan pikirannya untuk membela desa dengan pengetahuan dan keterampilan, mengkritik praktik berdesa  dengan demokrasi dan tata kelola pemerintah yang baik, serta memperkuat desa dengan kemandirian ekonomi dan pengembangan potensi.

Rado Puji Santoso

Rado, lahir dan dibesarkan di lingkungan desa yang memiliki potensi besar di pertanian. Hal inilah yang melatarbelakanginya untuk belajar dan mendalami dunia pertanian di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.

Semenjak lulus perguruan tinggi, Rado terlibat aktif dalam beberapa organisasi untuk mengasah dan mengembangkan dirinya, diantaranya di Klinik Tanaman IPB sebagai Asisten Riset Laboratorium dan Lapangan pada 2013 – 2014; pada 2014 menjadi anggota riset aksi di Gerakan Petani Nusantara; dan sejak tahun 2014 hingga kini Rado bergabung di Yayasan Penabulu dalam beragam riset dan proyek berbasis konservasi lingkungan hidup.

Dalam pengalaman bersama beberapa organisasi, Rado juga terlibat di beberapa kerja konsultasi dan penyusunan kajian antara lain Kajian Rantai Nilai Rencana Bisnis Lima Komoditas (2015) dengan dukungan ICCO; Kajian Rantai Nilai dan Rencana Bisnis Koperasi Kakao Lhok Sukon dan Kandang Belajar Sapi Rakyat Bojonegoro (2016) dengan dukungan Exxon Mobile; Kajian Rantai Nilai dan Rencana Bisnis Koperasi Kakao di Mahakam Ulu (2016) dengan dukungan WWF; Kajian Rantai Nilai dan Rencana Bisnis Mbilim Kayam di Sorong (2016) dengan dukungan CI Indonesia; Kajian Community Livelohood Apparaisal and Product Scanning (CLAPS) HHBK di Berau (2017) dalam Proyek TFCA Kalimantan; Modul dan Hasil Rapid Assessment Market Paska Bencana Gempa dan Tsunami Palu (2019) dengan dukungan ICCO dan Kerk in Actie; Desk Research CSPO Indonesia (2019) dan Guideline Investment Opportunities of The Private Sector on The Sustainable Food System in Indonesia (2019) dengan dukungan IBCSD; Assessment of Agriculture Livelihood in Southwest Sumba (2020) dengan dukungan WLF; SOP Penanganan Pasca Panen Lada, Pala, dan Kayu Manis bersama Ditjenbun Kementan (2020) dengan dukungan ICCO; dan Kajian Potensi dan Kelayakan Usaha Perkebunan dan Perikanan di Pulau Maluku dan Papua (2021) dengan dukungan EcoNusa.

Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan tetap menjadi hal yang menarik bagi Rado dan akan terus digali. Ia ingin menemukan dan membangun komunitas yang mampu mengelola sumber daya alam yang lebih berkelanjutan dan paling ideal.

Sardi Winata

Sardi Winata, lahir dan tumbuh remaja di sebuah kampung kecil di Lombok Utara. Ia merupakan sosok yang humanis dan tak diam menunggu perubahan datang. Sardi selalu haus menjemput perubahan untuk segera hadir dan bertumbuh bersama perubahan itu. Atas dasar itu, maka ia menemukan pengabdian dirinya pada aktivitivisme yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Jiwa aktivismenya tumbuh sejak ia terlibat dalam kelompok studi-kelompok studi di lingkungan kampus. Latar belakang pendidikan sosial (red.sosiologi) meberikannya perspektif dan paradigma gerakan sosial yang kuat untuk melihat pranata sosial masyarakat dan organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Persinggungannya dengan banyak komunitas melalui pedekatan pengorganisasian dan riset aksi partisipatoris telah memberikannya pembelajaran yang kuat bagaimana mendorong masyarakat sipil yang berdaya di Indonesia. Sardi menemukan jalur dan ruang yang tepat ketika mulai bergabung dengan Yayasan Gita Pertiwi pada 2011-2013, yang dilanjutkan bersama Yayasan Penabulu pada 2013 hingga kini. Selama hampir 10 tahun bersama Yayasan Penabulu, Sardi juga mengabdikan diri di Yayasan PEKA Indonesia sebagai Direktur Eksekutif periode 2016-2020 dan Manajer Institusi pada Proyek Kelola Sendang ZSL Indonesia pada 2018-2020.

Pengalaman bekerja bersama beberapa organisasi memperkuat keyakinan pada keahliannya dalam melakukan pengorganisasian masyarakat dan riset aksi melalui pendekatan partisiapatoris. Sardi mengembangkan kapasitas dalam pendekatan lobby dan advokasi untuk mendorong kebijakan yang berpihak kepada kelompok marjinal dan terpinggirkan. Dalam catatannya, pada tahun 2013-2015 turut menyusun “Visi Indonesia 2050” dan “Benefit Sharing FCPF Carbon Fund untuk Pendanaan Hijau di Kalimanatan Timur.” Bersama Yayasan Puter Indonesia, Sardi terlibat mengadvokasi lahirnya Peraturan Bupati tentang Batas Desa bagi 20 Desa di Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Solok Selatan. Juga pada 2018-2020 ketika bergabung di ZSL Indonesia, Sardi adalah salah satu penyusun dokumen “Rencana Kolaboratif Pengelolaan Berkelanjutan Lanskap Sembilang-Dangku, Sumatera Selatan 2017-2030”.

Hal lain yang dirasa penting untuk dipaparkan, misalnya: perhatian/ketertarikan khusus, keberpihakan tertentu, atau bahkan keterbatasan yang dimiliki, dll.