Haris A. Ch. Oematan

Haris adalah seorang individu yang luar biasa, memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan komunitas dan advokasi untuk isu-isu sosial yang relevan. Sejak masa kuliahnya di Universitas Nusa Cendana Kupang, Haris telah aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, menunjukkan sifat rendah hati, integritas, dan keterbukaan terhadap perbedaan.

Sebagai seorang yang proaktif dan mudah beradaptasi, Haris telah berhasil memimpin berbagai proyek dan organisasi selama bertahun-tahun. Dalam perannya sebagai Direktur CIS Timor, Haris telah menunjukkan kemampuannya dalam mengelola tim dan mengkoordinasikan berbagai inisiatif, termasuk menjadi koordinator dalam berbagai aliansi dan jaringan kerja.

Pengalaman Haris dalam berbagai forum dan komunitas, termasuk sebagai penasihat dalam pengurangan risiko bencana, menunjukkan keahliannya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Haris juga telah terlibat dalam pengembangan program-program untuk berbagai organisasi, menunjukkan komitmenya terhadap pemberdayaan dan inklusi sosial.

Meskipun memiliki keterbatasan dalam percaya diri untuk mengembangkan layanan jasa, Haris tetap menunjukkan kemampuannya dalam membangun relasi dan berkontribusi dalam berbagai kampanye dan advokasi. Dengan dedikasi dan komitmennya terhadap isu-isu sosial, Haris terus menjadi sosok yang inspiratif dan berpengaruh dalam memajukan masyarakat lokalnya.

Muchamad Awal

Awal, seorang yang awalnya pendiam dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat, mulai menunjukkan perubahan ketika memasuki masa SMA. Di saat itu, dia mulai aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada tahun 1997, Awal memulai perjalanan kuliahnya di Kampus Universitas Indonesia, mengambil jurusan Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya. Tak hanya itu, dia juga menjalani kuliah S1 Manajemen di STIE Adhi Niaga Bekasi.

Selama masa kuliahnya, Awal sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan ikut berperan dalam Gerakan 98, sebuah gerakan mahasiswa yang bersejarah di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Awal mulai terlibat dalam dunia kerja dengan bergabung di posko Mapala UI dan Yayasan Bumoe Leuseur di Aceh. Di sana, Awal dan timnya memberikan layanan penting seperti penyediaan data kondisi para penyintas dan pembuatan database menggunakan metode pemetaan GIS.

Awal berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi besar seperti UNOCHA, UNICEF, UNHCR, dan UPC (Urban Poor Consorsium) antara tahun 2005-2008. Pelayanan yang mereka berikan meliputi asesor, survei, konsultasi, dan pendampingan dalam berbagai bidang seperti kehidupan berkelanjutan, pertanian, lingkungan, permakultur, dan mitigasi bencana. Selama dekade terakhir, mereka telah bekerja dengan lebih dari 80 mitra, termasuk komunitas dan perusahaan swasta.

Awal sangat memperhatikan masyarakat di daerah terpencil, terutama keluarga-keluarga yang tinggal di daerah dengan akses minim. Dia menyadari bahwa budaya pemerintah yang cenderung menyamaratakan kebijakan secara nasional seringkali menimbulkan kesenjangan di daerah-daerah terpencil tersebut. Awal berpendapat bahwa kebijakan pemerintah seharusnya lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dia percaya bahwa mengakomodasi kebijakan lokal ke dalam kebijakan nasional akan menguatkan kearifan lokal dan memperkuat persatuan bangsa. Di setiap langkahnya, Awal berusaha untuk menyelaraskan kebijakan nasional dengan realitas lokal, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia secara keseluruhan.

Subhan

Dengan latar belakang pendidikan sarjana akuntansi 17 tahun lalu di Institut Perbanas, Subhan memiliki pengalaman dalam bidang akuntansi dan khususnya untuk NGO. Kemampuan komunikasi yang baik, kreatif, dan inovatif ditempuhnya saat menjadi mentor dalam penyusunan SOP Keuangan di beberapa NGO lokal, termasuk di Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan wilayah lainnya.

Pengalaman organisasional dimulai saat kuliah, saat bergabung dengan Pecinta Alam Mahasiswa. Keanggotaan tersebut membutuhkan integritas tinggi, tanggung jawab penuh, dan komitmen kuat, sehingga Subhan pernah dipercaya sebagai pemimpin (Ketua Mapala) selama 2 periode kepemimpinan 2023-2024.

Kemudian selain itu dengan pengalaman di organisasi Penabulu dalam memimpin Tim Keuangan beberapa project penabulu dari tahun 2013 hingga 2018, dan sebagai Internal Control Coordinator project Global Fund PR Konsorsium Penabulu-STPI periode tahun 2021-203.

Subhan telah berhasil mengelola keuangan, menyusun laporan publik, dan mengelola dana hibah untuk proyek-proyek NGO. Di Yayasan Penabulu dan Islamic Relief Worldwide, ia bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasi bulanan. Subhan juga memiliki pengalaman dalam pengendalian keuangan, termasuk perencanaan dan pengendalian anggaran di berbagai proyek, seperti dalam The Global Fund ATM Project PR Komuitas Konsorsium Penabulu-STPI. Keahlian dalam beberapa software akuntansi, termasuk Microsoft Dynamic AX, Quill, dan SANGO, menambah nilai pengalamannya yang luas selama 15 tahun di berbagai NGO dan proyek-proyek besar.

Subhan menonjolkan keberhasilannya dalam kepemimpinan sebagai ketua Pecinta Alam dan kemampuannya dalam menyusun SOP Keuangan di berbagai NGO lokal. Dia memiliki pengalaman yang luas dalam manajemen keuangan, penyusunan laporan keuangan, dan pengelolaan dana hibah untuk proyek-proyek NGO, terutama di Penabulu Foundation dan Islamic Relief Worldwide. Subhan juga mencerminkan keahliannya dalam pengendalian keuangan, termasuk perencanaan dan pengendalian anggaran, serta persiapan untuk audit lembaga atau proyek di lapangan. Keahliannya dalam beberapa software akuntansi, seperti Microsoft Dynamic AX, QuillTM, dan SANGO, mencerminkan ketekunan dan adaptabilitasnya dalam lingkungan kerja yang beragam.

Zubaidah Djohar

Zubaidah Djohar adalah sosok luar biasa yang telah berdedikasi selama dua dekade terakhir telah mengorganisir, memfasilitasi, mendampingi, melakukan penelitian, pengembangan kapasitas, desain, monitoring-evaluasi, analisis kebijakan, advokasi, pelibatan pemangku kepentingan, penguatan masyarakat adat dan kelompok rentan dengan tema-tema: pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, pengembangan kaum muda, inklusi gender dan sosial, kepemimpinan, pembangunan perdamaian, resolusi konflik, pemberdayaan ekonomi, mata pencaharian, tata kelola pemerintahan yang baik, infrastruktur, pembangunan lingkungan yang berkelanjutan, penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, perencanaan strategis, pengembangan masyarakat dan organisasi. Zubaidah juga telah menulis artikel di buku, jurnal dan media massa. Banyak terlibat dalam transformasi budaya dalam masyarakat melalui integrasi kesetaraan, hak asasi manusia, anti kekerasan dan diskriminasi serta etika politik.

Zubaidah, sampai saat ini telah mengorganisasikan dan menyelenggarakan berbagai workshop, pelatihan, riset, serta program monitoring-evaluasi.. Pada bulan April 2014, ia bertindak sebagai guest lecturer tentang “Korupsi dan Pembangunan” di Departemen Indonesian Studies, University of Sydney. Pada tahun 2016, ia menjadi fasilitator workshop di proyek SIAP1-LAPOR-SP4N, yang merupakan sebuah perusahaan Tetra Tech-USAID, dan  menjadi Gender, Social Inclusion, dan Livelihood Specialist di Program CBNRM Yayasan KEHATI-MCAI pada tahun 2015- 2017.  Pada tahun 2015 hingga saat ini, ia menjadi tim inti dalam program pengembangan kapasitas oleh Helsinki University di Proyek Scraps of Hope.

Zubaidah juga menjadi seorang konsultan dan analis kebijakan untuk draf regulasi AUSAID. Pada tahun 2007 hingga 2015, ia menjadi fasilitator workshop dan fellow researcher di The Aceh Institute. Zubaidah memiliki cukup banyak pengalaman menjadi konsultan baik menjadi konsultan riset, pelatihan, konsultan workshop dan  hingga saat ini ia menjadi Project Manager Air dan Sanitasi di Palu Sulawesi Tenggara dalam proyek ADB.

Selama 20 tahun terakhir, Zubaidah Djohar telah terlibat aktif dalam berbagai proyek yang meliputi penguatan kapasitas, penelitian, advokasi, panduan, fasilitasi, analisis kebijakan, desain, dan monitoring-evaluasi. Dia telah berkontribusi dalam berbagai inisiatif, seperti program penguatan kapasitas di Aceh dengan dukungan Bank Dunia dan UNFPA, serta sebagai Spesialis Gender untuk Proyek Kemakmuran Hijau yang dikelola oleh Millennium Challenge Account – Indonesia, memperkuat prinsip gender di Kalimantan dan Sumatera. Selain itu, pengalamannya juga meliputi kerja sama dengan Islamic Relief dalam penguatan masyarakat di Bima untuk program Kebencanaan dan Pembangunan Perdamaian, serta berkontribusi dalam penelitian dan penguatan masyarakat terkait Konflik Perbatasan di NTB. Di masa-masa lain, ia juga terlibat dalam program penguatan masyarakat dan lembaga pemerintah melalui program Lestari-USAID di Gayo Lues, serta dalam fasilitasi pertemuan pemangku kepentingan untuk mitra Global Fund Advocate Network Asia Pacific (GFAN AP). Sejak tahun 2020, ia juga terlibat dalam menangani isu Watsan di Palu, Sulawesi Tengah, dengan dukungan dari Proyek ADB. Semua upaya ini mencerminkan komitmen Zubaidah terhadap pembangunan berkelanjutan dan perubahan positif dalam masyarakat.

Ketertarikan Zubaidah sangat tertuju pada isu penguatan kapasitas yang melibatkan kolaborasi antara kelompok masyarakat dan pemerintah. Baginya, hal ini merupakan langkah penting dalam menerapkan prinsip-prinsip gender yang adil dan mendukung lingkungan hidup masyarakat lokal. Ia percaya bahwa melalui kerjasama yang erat antara kedua pihak, masyarakat dapat diberdayakan untuk mengatasi tantangan sosial dan ekonomi dengan cara yang berlandaskan pada persamaan hak dan kesejahteraan bersama. Keberpihakan pada prinsip gender yang adil dan inklusif juga menjadi fokusnya, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.

Wahyudi Anggoro Hadi

Wahyudi Anggoro Hadi adalah sosok yang luar biasa dan inspiratif dalam dunia kepemimpinan dan pengembangan masyarakat, ia seorang kepala desa dengan latar belakang Sarjana Famasi dan Apoteker. Selain menjadi Lurah, Wahyudi saat ini juga menjadi Sekjen Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Nasional dan dengan keahliannya ia menjadi Tenaga Ahli Ketahanan Ekonomi DIY. Di tengah kesibukannya sebagai Lurah Desa, Wahyudi masih sempat meluangkan waktunya untuk menggagas pendirian Yayasan Sanggar Inovasi Desa dan mendirikan platform pasardesa.id  Secara keseluruhan, Wahyudi Anggoro Hadi adalah teladan dalam hal kepemimpinan yang inklusif dan inovatif. Ia berhasil menggabungkan latar belakang pendidikan dan keahliannya dengan semangat untuk memajukan masyarakatnya.

Diawal karirnya, Wahyudi pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Analisa Sosial (SAS) Yogyakarta. Setelah menjadi seorang kepala sekolah, Wahyudi beralih menjabat sebagai Manager Marketing di PT. Tunas Lestari Nusantara Yogyakarta. Setelah itu, ia kembali melanjutkan karirnya di PT Castorindo Jakarta sebagai Plant Manager Jawa Timur yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma. Tidak hanya itu, Wahyudi juga sering berperan sebagai inisiator, pemateri dalam berbagai seminar, workshop  dan sarasehan budaya. 

Pada tahun 2009-2012, Wahyudi menjabat sebagai Apoteker pengelola Apotek Japisfi Yogyakarta dan sebagai mentor pelatihan kewirausahaan. Pada tahun 2010, ia juga menjadi penguji tamu di Magister Manajemen Prasetya Mulya Jakarta. Tahun berikutnya, Wahyudi menjadi pendamping kuliah lapangan program magister Studi Pembangunan Sekolah Arsistektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Bandung. Wahyudi juga memiliki peran penting dalam Sekolah Among Siwi Yogyakarta Sebagai inisiator dan Steering Committee sejak tahun 2011 hingga saat ini. Melangkah lebih jauh, Wahyudi bahkan menjabat sebagai Lurah Desa Panggungharjo Sewon Bantul DI Yogyakarta. Pada tahun 2020, ia memulai karir barunya sebagai penggagas pendirian Yayasan Sanggar Inovasi Desa dan Founder Pasardesa.id.

Sebagai Lurah Desa Panggungharjo selama 2 periode (2012 – 2024), Wahyudi mempunyai pengalaman mengelola desa melalui berbagai aktivitas didalamnya mulai dari tata kelola pemerintahan desa, pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pasardesa.id, pengembangan BUMDesa, hingga program-program unggulan lain (desa budaya, desa anti korupsi, 1 rumah 1 sarjana, dll) yang menjadikan Panggungharjo pada tahun 2014 mendapat juara I Lomba Desa tingkat Nasional. Oleh karenanya, Wahyudi juga menjadi pemateri di berbagai seminar, webinar maupun workshop tentang tata kelola pemerintahan desa di seluruh wilayah Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Desa, Kementerian Dalam Negeri maupun KPK.  Sebagai Sekjen Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) Nasional, Wahyudi menjadi salah satu penggerak desa-desa untuk mewujudkan tatanan baru desa yang transparan dan akuntabel. Pada tahun 2020 dia menggagas Kongres Kebudayaan Desa Nasional dan pada Tahun 2021 Wahyudi membawa Desa Panggungharjo sebagai Desa Anti Korupsi di Indonesia yang dicanangkan oleh KPK.

Wahyudi Anggoro Hadi menunjukkan perhatian khusus dan visi yang sangat jelas terhadap pembangunan desa sebagai rumah bagi warga. Ia mewujudkan pandangan ini melalui tiga pilar tatanan baru yang ia anggap esensial dalam membangun fondasi yang kuat untuk desa yang inklusif dan berkelanjutan. Tiga pilar ini menggarisbawahi hubungan politik, sosial, dan ekonomi dalam konteks desa; 1) Puncak Relasi Politik adalah Musyawarah, 2) Puncak Relasi Sosial adalah Kekeluargaan dan 3) Puncak Relasi Ekonomi adalah Kerjasama.

Pandangan ini menunjukkan perhatian khusus Wahyudi terhadap membangun komunitas yang inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan di tingkat desa. Ia mengintegrasikan prinsip-prinsip demokrasi, gotong royong, dan kemandirian ekonomi ke dalam fondasi tatanan baru desa. 

Setyo Dwi Herwanto

Setyo, pria kelahiran magelang, sarjana Sastra Indonesia dan meraih gelar  magisternya dalam Kajian Budaya. Setyo dikenal sebagai pria yang supel dan mudah bergaul. Ia mampu menjalin hubungan yang baik dengan siapapun, dari teman sejawat di dunia akademis hingga para pekerja sosial di komunitasnya. Tingginya rasa empati dan kepedulian Setyo terhadap sesama manusia memang patut diapresiasi. Ia juga aktif terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya. Ia sering terlihat mengambil peran dalam program-program amal, kegiatan lingkungan, dan kegiatan sosial lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.

Mulai tahun 1999, Setyo telah terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai Office Boy. Pada tahun 2003 hingga 2008, Setyo mengalami kenaikan jabatan yang luar biasa. Ia berhasil mencapai posisi Direktur di Pattiro Surakarta. Setelah menjalani masa jabatan sebagai Direktur, Setyo terus berkontribusi dalam berbagai peran penting. Antara tahun 2009 dan 2011, ia berperan sebagai Advisor dalam beberapa program di Pattiro Surakarta, menunjukkan kemampuannya untuk memberikan panduan dan saran yang berharga dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif sosial.

Mulai pada tahun 2015, ia mulai bergabung di Penabulu Foundation dan menduduki posisi Program Manager. Peran ini mungkin mengharuskannya mengelola program-program yang lebih khusus dan fokus pada tujuan-tujuan yayasan. Pada periode 2016 hingga 2018, Setyo mengawasi Divisi Akuntabilitas dan Transparansi di Penabulu Foundation, menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan keterbukaan.Tidak hanya berfokus pada implementasi program, pada tahun 2018 hingga 2021, Setyo dipercaya untuk mengelola Badan Pelaksana Riset di Institut Penabulu Foundation.

Selama bertugas di Pattiro Surakarta dari tahun 2003 hingga 2007, Setyo berperan dalam memberikan pendampingan kepada Komunitas Pengemudi Becak di Kota Surakarta. Fokusnya adalah meningkatkan partisipasi komunitas dalam perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan publik di kota Surakarta. Dari tahun 2007 hingga 2011, Setyo tidak hanya melanjutkan pendampingan untuk Komunitas Pengemudi Becak, tetapi juga memperluas cakupan tugasnya. Ia juga memberikan pendampingan kepada Kader Posyandu, Badan Otonom PCNU Kota Surakarta, dan Forum Lintas Sektoral untuk implementasi Hak Ecosoc di Kota Surakarta. Pengalamannya dalam memberikan layanan beralih ke Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana ia memberikan pendampingan kepada Civil Society Organizations (CSO) untuk meningkatkan partisipasi dalam perencanaan penganggaran daerah pada tahun 2012- 2014. Pada tahun 2016 hingga 2018, bersama dengan Penabulu Foundation, Setyo mengambil peran dalam memfasilitasi Subdit Bintek DJPK Kemenkeu RI. Fokusnya adalah pada peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan pada Layanan Terdepan Pemerintah Daerah, seperti Puskesmas, SD, dan Kecamatan.

Setyo memiliki ketertarikan mendalam pada beberapa tema yang telah menjadi fokus utamanya. Salah satunya adalah Pemberdayaan Masyarakat Desa, di mana ia merasa bahwa memberikan dukungan dan keterlibatan kepada masyarakat desa adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, tema Perencanaan Penganggaran Daerah juga menarik perhatian Setyo. Ia menyadari bahwa pengelolaan anggaran daerah memainkan peran penting dalam menyusun prioritas pembangunan dan alokasi sumber daya. Pengelolaan Pengetahuan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, juga menjadi fokus penting bagi Setyo. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memberikan pilihan dan peluang yang lebih baik bagi masyarakat.

Mochamad Theo Zaenuri

Theo Zaenuri adalah sosok yang dikenal sebagai seseorang yang tegas dan fokus dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini terlihat dari setiap pekerjaan yang ia lakukan. Ia selalu berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Ia juga selalu berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik. Ia tidak mudah menyerah dan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Hal ini membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan dihargai oleh orang lain.

Theo memiliki pengalaman yang luas dalam bidang pekerjaan. Dia telah menjadi Founder dan Direktur Yayasan Sadar Hati sejak tahun 2004 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Founder Smart Institute pada tahun 2014 hingga sekarang. Dia juga menjadi Owner dan Direktur di CV Inspira Creativa sejak tahun 2010 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Owner dan Komisaris di PT Semesta Raya IDEO sejak tahun 2020 hingga sekarang. Dia juga menjadi Founder dan Direktur Sahawood Indonesia pada tahun 2014 hingga sekarang. Selain itu, Theo juga menjadi Owner dan Direktur Ratowa Home Interior pada tahun 2015 hingga sekarang. 

Selain itu, Theo juga memiliki pengalaman sebagai IDU Officer di FHI pada tahun 2006 hingga 2011, PTO Officer di HCPI pada tahun 2011 hingga 2015, Dosen EIR di Universitas Ciputra pada tahun 2016 hingga 2017, Coach dan mentor pengusaha perempuan Indonesia di UN Women, Konsultan program Harm Reduction di PPH Atmajaya, Konsultan Bidang Advokasi di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Konsultan bisnis di Siklus Indonesia untuk proyek HIVOS 2021 hingga 2022, Team Trainer Harm Reduction di UNODC, Supervisor marketing di PT Kompas Media Nusantara, Enterprenuer produk rempah-rempah untuk ekspor dan komoditi lokal, Mediator agency Property, Mentor bisnis di Binus University.

Theo memiliki pengalaman yang luas dalam bidang pekerjaan. Dia telah menjadi pimpinan dalam organisasi, memberikan asistensi teknis dan memberikan penguatan kapasitas skill melalui pelatihan – pelatihan. Sebagai pimpinan, Theo telah menunjukkan kemampuan untuk mengatur dan mengelola pekerjaan dengan efektif. Selain itu, Theo  juga telah menunjukkan kemampuan untuk mengatur dan mengelola tim dengan baik, mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam banyak karya, Theo memberikan  asistensi teknis untuk membantu banyak organisasi dalam mencapai tujuan. Dia telah menyediakan bantuan teknis untuk membantu organisasi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dan meningkatkan kualitas layanan. Theo mampu memberikan penguatan kapasitas dan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan. Banyak organisasi mengakui jika pelatihan yang diberikan oleh Theo telah membantu organisasi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi mereka.

Theo memiliki ketertarikan khusus pada pengembangan inovasi produk, karya, dan pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya alam. Hal ini menunjukkan bahwa Theo memiliki keberpihakan tertentu dalam hal pengembangan inovasi produk, karya, dan pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolaan sumber daya alam. 

F. Felicitas Sri Purwani

Sri Purwani berkecimpung di lemabag swadaya masyarakat sejak tahun 1998. Ani, demikian biasa disapa, mempunyai banyak pengalaman dalam penguatan kapasitas, pendampingan, fasilitasi, dan konsultansi bagi organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat, serta institusi dan lembaga pemerintahan. Mempunyai latar belakang sebagai aktivis pergerakan sosial dengan pendidikan filsafat dan ilmu pemerintahan, memberi dampak komprehensif  dalam setiap proses kerja-kerja pendampingan, konsultasi, penyusunan modul, maupun dokumentasi pembelajaran program.

Secara kelembagaan, Ani bergabung dengan Yayasan SATUNAMA pada 2004 hingga 2014 dan terlibat di beberapa program pemberdayaan masyarakat dan penguatan nilai kewargaan. Dalam waktu bersamaan, pada 2011-2013 Ani juga menjadi konsultan untuk Bank Dunia pada program Good Governance Program Java Recovery Fund di area DIY dan Jawa Tengah. Pada 2014 hingga kini, Ani bergabung bersama Yayasan Penabulu dengan beberapa program kerja yang bersinggungan dengan pemberdayaan desa dan isu GESI.

Selama 10 tahun bekerja di Yayasan SATUNAMA dengan fokus penguatan kapasitas pemerintah desa dan kabupaten, kelompok masyarakat  (perempuan dan pemuda), sektor ekonomi desa, advokasi kebijakan, serta Isu pluralisme dan gender.  Selama di Yayasan SATUNAMA, Ani pernah menyusun “Modul Dokumentasi Pembelajaran Program” bersama  Sungkonghoe University of Republic Korea dan “Modul Training of Facilitator bagi CSR Officer” untuk DSN Palm Oil. 

Sebagai salah satu konsultan program Bank Dunia, Ani terlibat dengan kerja-kerja program pemulihan pasca bencana erupsi Merapi di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Ia pun turut dalam beberapa survey yang diselenggarakan Lembaga Survey Meter pada medio 2017-2018. 

Bersama Yayasan Penabulu, Ani memiliki peran penting dalam kerja-kerja advokasi kebijakan dan hak anak, penguatan tata kelola pemerintahan desa,  penyusunan dokumentasi pembelajaran, dan penyusunan “Modul Pelatihan Pelibatan Anak dalam Musrenbangdes” dan “Modul Traning of Facilitator untuk Pendamping Anak”. Saat ini, Ani menjadi penanggungjawab Yayasan Penabulu Cabang Yogyakarta.

Untuk menjadi sebuah organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat, maupun desa yang berdaya diperlukan rantai keterlibatan secara integratif dengan proses dan gerak bersama. Gerakan bersama yang dikelola secara sistemik melalui penguatan jaringan dan pengelolaan pengetahuan akan menghasilkan perubahan yang berkesinambungan melalui transformasi pembelajaran dan pertemanan lintas generasi.

Dwi Aris Subakti

Aris, demikian biasa disapa, adalah Sarjana Ilmu Sejarah dan Master Ilmu Komunikasi dengan spesialisasi Media dan Komunikasi Politik. Ia memiliki ketertarikan dalam dunia fotografi dan menulis, serta menyukai hal baru. Hal ini karena pengalamannya sebagai jurnalis dan memimpin institusi pers kampus.

Aris memulai karir di dunia LSM saat bergabung di Institute for Media and Social Studies (IMSS) pada tahun 2006 hingga 2008 sebagai peneliti dan koordinator program. Selanjutnya ia bergabung dengan SatuDunia (OneWorld Indonesia) pada tahun 2008-2012 sebagai Knowledge Sharing Officer dan Capacity Building Officer. Sempat juga Aris menjadi Regional Technical Officer untuk proyek Scalling up for Most at Risk Population, yaitu sebuah proyek yang didanai USAID untuk penguatan kapasitas organisasi dalam mendukung program HIV pada populasi kunci sejak 2012 hingga 2015 di bawah manajement Research Triangle Institute. Masih dengan isu HIV/AIDS. Aris mendapat kepercayaan sebagai Regional Technical Officer untuk program Delivering Resources for AIDS Programming yang merupakan project HIV/AIDS dengan pendanaan USAID, pada tahun 2015 hingga 2016 di bawah manajemen PACT Inc.

Sejak 2016 hingga kini, bersama Penabulu, Aris menangani banyak proyek KOMPAK-DFAT, MCAI, Indonesia Business Council for Sustainable Development, SNV, PT. JAPFA Comfeed, IAC, JIP. Saat ini menjadi MEL Manager di PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI untuk Program Eliminasi TB yang didanai GF.

Ketelatenannya dalam menulis, menjadikannya kaya pengalaman dalam berkutat dengan dokumen organisasi. Aris adalah salah satu personel penting dalam pengembangan protokol CBMF untuk IAC; menyusun laporan advokasi anggaran untuk JIP; menyusun riset “Peluang Pendanaan CSR untuk CSO” yang didukung oleh SNV; serta menyusun Policy Brief KOMPAK tentang Peningkatan Kapasitas Keuangan bagi Frontline Services.

Tidak banyak aktivis LSM yang sangat concern pada menulis, riset sosial, pengelolaan pengetahuan. Aris lah salah satunya.

Budi Susilo

Berlatar belakang pendidikan bidang filsafat, dalam lebih dari 25 tahun, Budi Susilo bekerja dengan berbagai organisasi kemasyarakatan, baik yang berbasis komunitas maupun agama/kepercayaan. Kerja-kerja bersama komunitas/masyarakat dikembangkan sebagai gerakan penghormatan pada nilai dan budaya untuk memperkuat partisipasi dan kolaborasi antara masyarakat/komunitas, pemerintah dan perusahaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi kehidupan yang layak di masa depan.  Pada saat yang sama, Budi, begitu biasa dipanggil, secara otodidak mempelajari manajemen pengelolaan organisasi untuk memperkuat posisi organisasi komunitas dan masyarakat sipil dalam pembangunan di Indonesia.

Kepeduliannya terhadap isu-isu kemasyarakatan secara terlembaga diawali pada tahun 1995 sebagai Pekerja Sosial di Komisi Sosial dan Ekonomi Keuskupan Surabaya dan melakukan karya sosial dari Suster Carolus Boormeus di Yogyakarta. Semenjak 1999 hingga saat ini Budi Susilo adalah fasilitator dan evaluator yang concern dalam  pengembangan kurikulumPendidikan Demokrasi Populer dan Pengembangan Organisasi. Pada periode 2011-2014 Budi merupakan Direktur Eksekutif Yayasan SATUNAMA. Selepasnya, pada 2014 sampai sekarang Budi mengemban amanah sebagai Kepala Direktorat Implementasi dan Jaringan di Yayasan Penabulu.

Pengalaman panjang dalam pelayanan sosial Budi Susilo di dunia aktivisme, tak terhitung jumlahnya. Dalam 8 tahun terakhir, Budi terlibat di beberapa proyek konsultansi antara lain pada tahun 2014 menjadi Konsultan dalam penyusunan Perencanaan Strategis Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Periode 2015 – 2019; pada tahun menjadi Konsultan PT Exxon Mobil Cepu untuk proyek Institutional Development and Strategic Planning bagi Yayasan Bimantari; pada tahun 2017 menjadi Konsultan dalam penyusunan Perencanaan Strategis Perkumpulan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) Periode 2017-2019; pada tahun 2018 menjadi Organizational Development Specialist Consultant of Assessment and Program Review bagi Yayasan Badak Indonesia (YABI); pada 2018-2019 menjadi Konsultan untuk Pengembangan Organisasi dan Perencanaan Strategis Cakra Wikara Indonesia (CWI) Periode 2019-2021; dan pada tahun 2020 menjadi Konsultan untuk Review Organisasi dan Perencanaan Strategis Periode Perkumpulan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) Periode 2020-2022.

Sementara itu, dalam manajemen program saat ini Budi menjadi bagian dari Management Advisory Team TBC Program for PR Consortium Community Penabulu-STPI 2021-2023. Dalam program ini Budi bersama timnya memberikan pertimbangan strategis implementasi program eliminasi TBC kepada PR Konsorsium Penabulu-STPI yang bekerja di 30 provinsi (190 kabupaten/kota).

Budi Susilo memiliki kepedulian yang besar untuk memperkuat peran dan fungsi organisasi (masyarakat sipil), baik secara internal maupun eksternal. Harapannya, organisasi masyarakat sipil dapat menjadi mitra penting dalam pembangunan di daerah yang berbasis nilai. Impiannya adalah para aktivis sosial mampu memperkuat jaringan kerja sama organisasi dalam pengembangan sumber daya, pengetahuan, dan data sebagai model advokasi modern.