Mikdon Purba

Mikdon Purba adalah individu yang berdedikasi dengan hasrat untuk kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Lulus dengan gelar Sarjana (S1) dalam Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor, dengan spesialisasi dalam kesuburan tanah, Mikdon telah menunjukkan komitmennya yang kuat untuk memberikan dampak positif melalui berbagai proyek dan inisiatif.

Sejak terlibat dalam proyek kehidupan berkelanjutan selama fase darurat bencana di Aceh pada tahun 2006, Mikdon telah aktif terlibat dalam pemberdayaan masyarakat. Bekerja sama dengan organisasi seperti Transparency International Indonesia dan Asosiasi Koperasi Kanada, ia bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang terkena dampak bencana dan konflik melalui usaha koperasi. Inisiatif ini berlanjut hingga tahun 2010, memperlihatkan dedikasi Mikdon dalam jangka panjang terhadap pembangunan masyarakat.

Selanjutnya, dari tahun 2010 hingga 2012, Mikdon mengemban peran sebagai koordinator proyek untuk pengembangan koperasi di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Berkolaborasi dengan PASKA Aceh dan Asosiasi Koperasi Kanada, ia berfokus pada peningkatan kapasitas dan produktivitas koperasi primer untuk mendukung tujuan pemasaran terpusat melalui koperasi sekunder. Upayanya termasuk dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan bisnis, menekankan perspektif gender, mempromosikan perdamaian, dan memastikan tata kelola yang baik di dalam koperasi.

Pada tahun 2022, Mikdon bergabung dengan Perkumpulan Desa Lestari untuk mengelola proyek eskalasi usaha madu di desa-desa zona penyangga Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan produksi madu, pembentukan badan usaha (koperasi pemasaran), dan pemasaran madu. Dari tahun 2023 hingga saat ini, ia telah aktif terlibat dalam proyek peningkatan kapasitas Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Kudus.

Dengan semangat kewirausahaan, Mikdon telah mencoba berbagai usaha pertanian dan perikanan, memanfaatkan keterampilannya untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Selain itu, keahliannya dalam menulis laporan kegiatan dan artikel telah memperkuat dampak inisiatifnya, menyebarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari usahanya.

Secara keseluruhan, Mikdon Purba adalah contoh individu yang berkomitmen untuk mewujudkan mata pencaharian berkelanjutan, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan perubahan positif melalui usahanya dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan masyarakat.

Bambang Eko B.Y

Bambang Eko B.Y. adalah seorang profesional yang berpengalaman dan memiliki latar belakang yang beragam, lahir pada tanggal 21 Oktober 1967 di Jakarta. Dengan gelar Sarjana Hukum yang diperoleh pada tahun 1998, Bambang Eko telah mengejar pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan keterampilan melalui berbagai pelatihan, termasuk kursus Manajer Keamanan dengan PT. PROTECOM pada tahun 2002 dan Civic Education for Future Indonesia Leader (CEFIL) pada tahun 1997.

Sejak tahun 2019, Bambang Eko telah menjabat sebagai Deputi Direktur Tanggap Bencana di Yayasan Penabulu, menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan masyarakat dan respons terhadap bencana. Perannya yang mencolok sebagai Team Leader dalam berbagai proyek, termasuk penyelesaian konflik di area pertambangan, pemetaan partisipatif di daerah terpencil, dan upaya bantuan bencana di daerah yang terkena gempa dan tsunami menegaskan kontribusinya dalam memfasilitasi proses kolaboratif yang memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya.

Selain itu, Bambang Eko juga terlibat dalam upaya konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, bekerja sama dengan organisasi seperti WWF dan Yayasan PEKA Indonesia. Sebagai Manajer Program, ia telah memimpin inisiatif untuk memperkuat kerangka institusional dan mempromosikan praktik-praktik yang bertanggung jawab di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan.

Di luar pekerjaannya, Bambang Eko dikenal karena integritasnya, ketahanannya, dan dedikasinya yang teguh terhadap penyebab kemanusiaan. Kemampuannya untuk menavigasi lanskap sosial-politik yang kompleks dan memfasilitasi kemitraan inklusif menegaskan keefektifannya sebagai pemimpin dan agen perubahan.

Secara keseluruhan, Bambang Eko B.Y. adalah individu yang berbakat dan didorong oleh tujuan yang mendalam untuk melayani masyarakat, melindungi lingkungan, dan mempromosikan keadilan sosial. Pengalamannya yang luas, ditambah dengan semangatnya dalam advokasi dan pembangunan kapasitas, menjadikannya sebagai aset berharga dalam menciptakan dampak positif dan meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tantangan.

Febrilia Ekawati

Febri adalah seorang individu yang bersemangat dan berdedikasi dalam memperjuangkan isu lingkungan dan sosial, meskipun latar belakang pendidikannya adalah dari Fakultas Pertanian. Dari tahap awal pendidikannya di TK hingga meraih gelar sarjana, dia telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia pendidikan di Lampung.

Kecintaannya pada pembelajaran lintas disiplin ilmu seperti hukum dan sosial membuatnya memiliki wawasan yang luas dan mendalam dalam memahami berbagai isu yang kompleks. Namun, tidak hanya berhenti pada aspek akademis, Febri juga aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil sejak tahun 2006, dimulai dari JWJL Lampung, Serikat Tani Indonesia, hingga Perkumpulan Telapak.

Puncak kiprahnya dalam organisasi terjadi ketika dia bergabung dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) pada tahun 2010. Menjabat sebagai direktur eksekutif YKWS sejak 2017, dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat terutama dalam hal pendidikan lingkungan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Di samping itu, Febri juga terlibat dalam advokasi kebijakan di sektor anggaran, dengan fokus pada audit sosial bersama masyarakat. Namun, tantangan utamanya adalah minimnya dukungan dari masyarakat terhadap gerakan advokasi tersebut, terutama dalam hal transparansi anggaran di Provinsi Lampung.

Ketertarikan khusus Febri pada advokasi kebijakan dan upayanya dalam memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap perubahan positif bagi masyarakat Lampung. Dengan kepemimpinan dan dedikasinya yang terus-menerus, dia terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif yang dijalankan oleh YKWS dan Blue Seed Indonesia, organisasi yang dia dirikan pada tahun 2022 dan di mana dia kini menjabat sebagai ketua dewan pengawas.

Putu Hendra Wijaya

Hendra adalah seorang profesional yang berbakat dan berpengalaman dalam pengelolaan proyek, khususnya dalam konteks kajian isu kemanusiaan. Meskipun pendidikannya terhenti di fase penyusunan skripsi program S1 Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, namun ia telah mengembangkan keahliannya selama bertahun-tahun dalam berbagai organisasi dan proyek.

Selama lima tahun terakhir, Hendra telah menjadi bagian integral dari Yayasan “Pujiono Centre” Indonesia. Di sana, ia terlibat dalam memfasilitasi pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Desa Bersaudara, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh. Selain itu, perannya sebagai anggota Tim Fasilitator penilaian Indeks Ketahanan Daerah menunjukkan kontribusinya dalam upaya peningkatan ketahanan daerah, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai Pelaksana Harian Direktur Pujiono Centre, Hendra telah menunjukkan kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan proyek-proyek penting, termasuk “Locally-led Disaster Preparedness and Protection”. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab atas pengelolaan program dan menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap misi organisasi.

Selain itu, Hendra juga terlibat dalam penelitian dan publikasi yang signifikan, bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Humanitarian Advisory Group, Oxfam in Indonesia, dan Palang Merah Australia. Kontribusinya terhadap Bencanapedia sebagai salah satu kontributor menunjukkan komitmennya terhadap berbagi pengetahuan dan memperluas akses terhadap informasi yang relevan dalam penanggulangan bencana.

Dalam perannya sebagai Communications & PR Manager, Hendra adalah wajah dari Pujiono Centre dalam berbagai forum dan jaringan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kemampuannya dalam berkomunikasi dengan aktor-aktor kemanusiaan nasional dan internasional menjadi aset berharga bagi organisasi tersebut.

Secara keseluruhan, Hendra adalah seorang profesional yang memiliki kombinasi unik dari keahlian dalam pengelolaan proyek, kepemimpinan, komunikasi, dan keterlibatan dalam isu kemanusiaan. Dedikasinya terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh menjadikannya aktor penting dalam upaya-upaya tersebut.

Akbar Ali

Akbar Ali adalah seorang profesional yang memiliki pengalaman dan keahlian yang luas dalam berbagai bidang, termasuk Perencanaan Perkotaan dan Regional, Program WASH, Pengembangan Tenaga Kerja, dan Manajemen Lingkungan. Dengan latar belakang gelar Sarjana di bidang Perencanaan Perkotaan dan Regional dari Institut Teknologi Bandung, Akbar telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin proyek-proyek pembangunan yang kompleks.

Sebagai seorang Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran (MEL) Specialist, Akbar telah terlibat dalam merancang dan melaksanakan sistem M&E untuk proyek-proyek internasional seperti IFES Indonesia dan USAID INVEST DM 2.0. Kemampuannya dalam merancang proposal proyek dan menerapkan kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang logis telah membantu memastikan keberhasilan implementasi proyek.

Akbar juga memiliki pengalaman yang kuat dalam manajemen program dan kegiatan pengembangan masyarakat. Sebagai Senior Monitoring, Evaluasi, Penelitian, dan Pembelajaran (MERL) Specialist untuk Penabulu Foundation, ia telah memimpin evaluasi proyek-proyek berdampak besar seperti CO-EVOLVE 2 dan ECHO Green. Keahliannya dalam mengelola dan menganalisis data evaluasi telah membantu menyediakan wawasan berharga untuk perbaikan program dan kebijakan.

Dalam kariernya, Akbar telah berperan sebagai koordinator proyek, penasihat teknis, dan manajer program untuk berbagai organisasi dan lembaga, termasuk YAPPIKA-ActionAid dan PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. Keterampilan komunikasinya yang kuat dan kemampuannya untuk bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan telah menjadi kunci kesuksesan proyek-proyek yang ia pimpin.

Dengan kualifikasi pendidikan yang kuat, keahlian yang luas, dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, Akbar Ali merupakan sosok yang berharga dalam bidang pengembangan internasional dan manajemen program di Indonesia. Dedikasinya terhadap kemajuan masyarakat dan pengalaman praktisnya membuatnya menjadi pemimpin yang efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang kompleks.

Eko Sujatmo,S.E.

Eko Sujatmo, SE, seorang Spesialis Tata Kelola Desa di Perkumpulan Desa Lestari, Yogyakarta. Dia lahir pada 4 Maret 1983, memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi. Keahliannya mencakup pemberdayaan masyarakat, fasilitasi pelatihan, dan advokasi kebijakan. Karakternya mencerminkan dedikasi, keuletan, dan keterampilan dalam membangun kemitraan dengan pemerintah dan elemen masyarakat. Sebagai pemimpin program, dia menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan desa.

Eko Sujatmo telah mengakumulasi pengalaman kerja organisasional yang luas selama bertahun-tahun. Dia mulai sebagai volunter pada program “Strengthening Civic Value: Ecosoc Right and Democratic Governance” pada 2010. Selanjutnya, dia menjadi volunter untuk PNPM Peduli pada 2011, mengambil peran dalam “Empowerment Farmer Bargaining Power to Improve Sustainable Community Livelihood”. Pada 2012, dia menjadi Fasilitator Kelompok Pengelola Hutan Rakyat Lestari. Dari 2013 hingga 2015, dia bekerja sebagai Pendamping Lokal Unit Pengelola Kegiatan di PNPM Mandiri. Sejak 2015, Eko telah menjabat dalam berbagai posisi di Perkumpulan Desa Lestari, termasuk sebagai Pendamping Desa, Tim Penulis Buku, Spesialis Kebijakan Desa, hingga Program Manager Pengembangan BUMDes. Pengalamannya yang kaya ini mencerminkan dedikasinya dalam memperkuat masyarakat desa dan mengembangkan keberlanjutan lokal.

Eko Sujatmo telah memberikan layanan jasa yang signifikan melalui berbagai organisasi. Sebagai bagian dari Perkumpulan Desa Lestari sejak Oktober 2015, dia telah memperkuat pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan, dan membangun kemitraan dengan pemerintah serta organisasi lokal. Dia juga menginisiasi dan memfasilitasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, melalui kolaborasi dengan Yayasan Saemaul Globalisasi Indonesia, PALUMA Nusantara, Jaringan Nelayan (JALA), dan Djarum Foundation, Eko telah memberikan kontribusi dalam pengembangan pembangunan desa, kelestarian lingkungan, dan penguatan ekonomi lokal di berbagai daerah, seperti Gunungkidul, Kudus, dan Tanjung Batu. Ini mencerminkan dedikasinya dalam memberikan layanan jasa yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.Eko Sujatmo memiliki ketertarikan khusus dan komitmen yang kuat terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Keberpihakannya jelas terlihat dalam upayanya memperkuat tata kelola pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak terkait. Namun, mungkin ada keterbatasan atau tantangan yang dihadapi, seperti kemungkinan terbatasnya sumber daya atau aksesibilitas di daerah pedesaan. Meskipun demikian, kesungguhan dan dedikasinya terhadap pekerjaannya tampaknya menjadi pendorong utama dalam mengatasi hambatan dan memberikan dampak positif bagi komunitas lokal. Eko Sujatmo juga mungkin memiliki keinginan untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang pengembangan desa dan keberlanjutan.

Anggoro Budi Prasetyo

Anggoro beberapa teman memanggil Angie, lahir di Magelang, sarjana Arkeologi seringkali dibilang sarjana batu akik dengan gelar magisternya di bidang penanggulangan bencana. Anggoro seorang yang ramah dan supel, mudah bergaul serta tidak tegaan bahkan sebagian orang mengatakan tidak tegas kalau berhubungan dengan urusan personal. Namun kalau untuk urusan kelembagaan dia akan bisa sangat tegas.  Relasinya dengan teman-teman sejawat di pekerjaan sosial maupun dengan pemerintah dan masyarakat tidak diragukan lagi. 

Sejak masih mahasiswa di tahun 1997 sudah terlibat dalam kegiatan Mapala dan juga beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya. Hal itu yang mendorongnya dalam kerja-kerja organisasional lainnya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setelah dari beberapa Pusat Studi di kampusnya sebagai asisten peneliti. Tahun 2003 bergabung dengan LSM yang bergerak di isu gender sebagai CO hingga menjadi koordinator dan PLH ketua lembaga. Kemudian di tahun 2013 dipercaya sebagai direktur LSM yang bergerak di isu gender dan kebencanaan. Dan di tahun 2018 berpindah ke LSM yang isu utamanya kebencanaan, humanitarian dan perubahan iklim. Karena dedikasinya di dalam pengarusutamaan gender di DIY, dia mendapatkan anugerah Gender Champions dari Pemerintah DIY di tahun 2019. Sempat menjadi Koordinator maupun presidium di beberapa jejaring seperti Gender Working Group (GWG) DIY dan Forum Suara Korban Bencana, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY sampai sekarang.

Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Terlibat sebagai seorang fasilitator nasional BNPB sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Hal yang cukup unik dari seorang Anggoro dikenal sebagai direktur berbagai lembaga, dikarenakan selain sebagai koordinator di IHAP, kemudian sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana dan Koordinator Bidang di Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY. Setelah itu diminta untuk menjadi Direktur di LSM Aksara bersamaan sebagai koordinator GWG Jogja, lalu tahun 2018 diminta sebagai Direktur Pujiono Centre hingga sekarang. Hal tersebut harus dilakukan karena ketertarikannya dalam isu kebencanaan, perubahan ikilim, humanitarian serta pengarusutamaan gender terutama dalam perencanaan penganggaran yang responsif gender. Di isu-isu tersebutlah kiprahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, namun tidak mengurangi ketertarikan untuk belajar di isu-isu lainnya yang tetap dilakukan hingga saat ini.

 

Misran Lubis

Seorang pria kelahiran Pasaman, Sumatera Barat yang sering disapa Misran. Memiliki latar pendidikan adalah sarjana komunikasi penyiaran islam di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang selesai pada tahun 2001.  Selain pendidikan formal, Misran Lubis juga mengikuti berbagai pendidikan singkat (Short Course) yang mendukung kerja-kerjanya sebagai aktivis organisasi masyarakat sipil. Dia adalah seorang aktivis yang memiliki kepedulian dengan isu perlindungan anak dan perempuan yang memiliki komitmen yang kuat, integritas, empati, keadilan, ketekunan dan tekad untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat.

Misran memiliki pengalaman selama 23 tahun menjadi seorang aktivis organisasi masyarakat sipil dimulai pada tahun 1998 sebagai relawan advokasi di Bitra Indonesia, dan kemudian bergabung dengan Yayasan PKPA tahun 2000 sampai sekarang. Selama bekerja di PKPA telah menempati berbagai level posisi, dari staf sampai menjadi direktur eksekutif dan sekretaris badan pengurus. Selain pengalaman bersama Yayasan PKPA, dia juga mendapat pengalaman sebagai ketua Forum Komunikasi PUSPA Sumatera Utara periode 2017-2020 sambil menjabat sebagai Ketua Dewan Daerah Walhi Sumatera Utara periode 2016-2020. Tahun 2019 sampai 2021 dia juga diangkat menjadi  Direktur Eksekutif Konsil LSM Indonesia, dan sejak Juli 2021 sampai dengan sekarang dia menjabat sebagai  Direktur Eksekutif JARAK Indonesia. Dengan pengalaman sebagai aktivis OMS selama lebih dari 20 tahun dia mendapat banyak pengalaman dalam manajemen OMS, pengorganisasi masyarakat dan isu-isu sosial lainnya. Saat ini dia juga tercatat sebagai kandidat komisioner KPAI periode 2022-2027.

Memiliki keahlian dalam penelitian dan menulis dalam kajian anak dan perempuan, menjadikannya kaya pengalaman dalam berkutat dengan penyusunan modul-modul pelatihan, laporan penelitian dan lain-lain. Misran Lubis telah menyusun banyak modul pelatihan dan panduan diantaranya, menyusun modul Pelatihan Child Safeguarding bagi organisasi masyarakat sipil ditahun 2012, menyusun modul training perlindungan anak (Menuju Organisasi Yang Aman Bagi Anak) saat bekerja di PKPA pada tahun 2014, dan menyusun Panduan Prinsip-prinsip Bisnis dan Hak Anak sektor Kelapa Sawit ditahun 2016 dan lain-lain. Misran juga sempat terlibat sebagai peneliti dan penulis “Praktik Baik Sinergi dan Inovasi yang didukung oleh  Forum Komunikasi Partisipasi Publik Untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (FK PUSPA) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020

Wahyudi Anggoro Hadi

Wahyudi Anggoro Hadi adalah sosok yang luar biasa dan inspiratif dalam dunia kepemimpinan dan pengembangan masyarakat, ia seorang kepala desa dengan latar belakang Sarjana Famasi dan Apoteker. Selain menjadi Lurah, Wahyudi saat ini juga menjadi Sekjen Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Nasional dan dengan keahliannya ia menjadi Tenaga Ahli Ketahanan Ekonomi DIY. Di tengah kesibukannya sebagai Lurah Desa, Wahyudi masih sempat meluangkan waktunya untuk menggagas pendirian Yayasan Sanggar Inovasi Desa dan mendirikan platform pasardesa.id  Secara keseluruhan, Wahyudi Anggoro Hadi adalah teladan dalam hal kepemimpinan yang inklusif dan inovatif. Ia berhasil menggabungkan latar belakang pendidikan dan keahliannya dengan semangat untuk memajukan masyarakatnya.

Diawal karirnya, Wahyudi pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah di Sekolah Analisa Sosial (SAS) Yogyakarta. Setelah menjadi seorang kepala sekolah, Wahyudi beralih menjabat sebagai Manager Marketing di PT. Tunas Lestari Nusantara Yogyakarta. Setelah itu, ia kembali melanjutkan karirnya di PT Castorindo Jakarta sebagai Plant Manager Jawa Timur yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma. Tidak hanya itu, Wahyudi juga sering berperan sebagai inisiator, pemateri dalam berbagai seminar, workshop  dan sarasehan budaya. 

Pada tahun 2009-2012, Wahyudi menjabat sebagai Apoteker pengelola Apotek Japisfi Yogyakarta dan sebagai mentor pelatihan kewirausahaan. Pada tahun 2010, ia juga menjadi penguji tamu di Magister Manajemen Prasetya Mulya Jakarta. Tahun berikutnya, Wahyudi menjadi pendamping kuliah lapangan program magister Studi Pembangunan Sekolah Arsistektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Bandung. Wahyudi juga memiliki peran penting dalam Sekolah Among Siwi Yogyakarta Sebagai inisiator dan Steering Committee sejak tahun 2011 hingga saat ini. Melangkah lebih jauh, Wahyudi bahkan menjabat sebagai Lurah Desa Panggungharjo Sewon Bantul DI Yogyakarta. Pada tahun 2020, ia memulai karir barunya sebagai penggagas pendirian Yayasan Sanggar Inovasi Desa dan Founder Pasardesa.id.

Sebagai Lurah Desa Panggungharjo selama 2 periode (2012 – 2024), Wahyudi mempunyai pengalaman mengelola desa melalui berbagai aktivitas didalamnya mulai dari tata kelola pemerintahan desa, pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pasardesa.id, pengembangan BUMDesa, hingga program-program unggulan lain (desa budaya, desa anti korupsi, 1 rumah 1 sarjana, dll) yang menjadikan Panggungharjo pada tahun 2014 mendapat juara I Lomba Desa tingkat Nasional. Oleh karenanya, Wahyudi juga menjadi pemateri di berbagai seminar, webinar maupun workshop tentang tata kelola pemerintahan desa di seluruh wilayah Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Desa, Kementerian Dalam Negeri maupun KPK.  Sebagai Sekjen Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD) Nasional, Wahyudi menjadi salah satu penggerak desa-desa untuk mewujudkan tatanan baru desa yang transparan dan akuntabel. Pada tahun 2020 dia menggagas Kongres Kebudayaan Desa Nasional dan pada Tahun 2021 Wahyudi membawa Desa Panggungharjo sebagai Desa Anti Korupsi di Indonesia yang dicanangkan oleh KPK.

Wahyudi Anggoro Hadi menunjukkan perhatian khusus dan visi yang sangat jelas terhadap pembangunan desa sebagai rumah bagi warga. Ia mewujudkan pandangan ini melalui tiga pilar tatanan baru yang ia anggap esensial dalam membangun fondasi yang kuat untuk desa yang inklusif dan berkelanjutan. Tiga pilar ini menggarisbawahi hubungan politik, sosial, dan ekonomi dalam konteks desa; 1) Puncak Relasi Politik adalah Musyawarah, 2) Puncak Relasi Sosial adalah Kekeluargaan dan 3) Puncak Relasi Ekonomi adalah Kerjasama.

Pandangan ini menunjukkan perhatian khusus Wahyudi terhadap membangun komunitas yang inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan di tingkat desa. Ia mengintegrasikan prinsip-prinsip demokrasi, gotong royong, dan kemandirian ekonomi ke dalam fondasi tatanan baru desa. 

Setyo Dwi Herwanto

Setyo, pria kelahiran magelang, sarjana Sastra Indonesia dan meraih gelar  magisternya dalam Kajian Budaya. Setyo dikenal sebagai pria yang supel dan mudah bergaul. Ia mampu menjalin hubungan yang baik dengan siapapun, dari teman sejawat di dunia akademis hingga para pekerja sosial di komunitasnya. Tingginya rasa empati dan kepedulian Setyo terhadap sesama manusia memang patut diapresiasi. Ia juga aktif terlibat dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya. Ia sering terlihat mengambil peran dalam program-program amal, kegiatan lingkungan, dan kegiatan sosial lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya.

Mulai tahun 1999, Setyo telah terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai Office Boy. Pada tahun 2003 hingga 2008, Setyo mengalami kenaikan jabatan yang luar biasa. Ia berhasil mencapai posisi Direktur di Pattiro Surakarta. Setelah menjalani masa jabatan sebagai Direktur, Setyo terus berkontribusi dalam berbagai peran penting. Antara tahun 2009 dan 2011, ia berperan sebagai Advisor dalam beberapa program di Pattiro Surakarta, menunjukkan kemampuannya untuk memberikan panduan dan saran yang berharga dalam mengembangkan inisiatif-inisiatif sosial.

Mulai pada tahun 2015, ia mulai bergabung di Penabulu Foundation dan menduduki posisi Program Manager. Peran ini mungkin mengharuskannya mengelola program-program yang lebih khusus dan fokus pada tujuan-tujuan yayasan. Pada periode 2016 hingga 2018, Setyo mengawasi Divisi Akuntabilitas dan Transparansi di Penabulu Foundation, menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan keterbukaan.Tidak hanya berfokus pada implementasi program, pada tahun 2018 hingga 2021, Setyo dipercaya untuk mengelola Badan Pelaksana Riset di Institut Penabulu Foundation.

Selama bertugas di Pattiro Surakarta dari tahun 2003 hingga 2007, Setyo berperan dalam memberikan pendampingan kepada Komunitas Pengemudi Becak di Kota Surakarta. Fokusnya adalah meningkatkan partisipasi komunitas dalam perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan publik di kota Surakarta. Dari tahun 2007 hingga 2011, Setyo tidak hanya melanjutkan pendampingan untuk Komunitas Pengemudi Becak, tetapi juga memperluas cakupan tugasnya. Ia juga memberikan pendampingan kepada Kader Posyandu, Badan Otonom PCNU Kota Surakarta, dan Forum Lintas Sektoral untuk implementasi Hak Ecosoc di Kota Surakarta. Pengalamannya dalam memberikan layanan beralih ke Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana ia memberikan pendampingan kepada Civil Society Organizations (CSO) untuk meningkatkan partisipasi dalam perencanaan penganggaran daerah pada tahun 2012- 2014. Pada tahun 2016 hingga 2018, bersama dengan Penabulu Foundation, Setyo mengambil peran dalam memfasilitasi Subdit Bintek DJPK Kemenkeu RI. Fokusnya adalah pada peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan pada Layanan Terdepan Pemerintah Daerah, seperti Puskesmas, SD, dan Kecamatan.

Setyo memiliki ketertarikan mendalam pada beberapa tema yang telah menjadi fokus utamanya. Salah satunya adalah Pemberdayaan Masyarakat Desa, di mana ia merasa bahwa memberikan dukungan dan keterlibatan kepada masyarakat desa adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, tema Perencanaan Penganggaran Daerah juga menarik perhatian Setyo. Ia menyadari bahwa pengelolaan anggaran daerah memainkan peran penting dalam menyusun prioritas pembangunan dan alokasi sumber daya. Pengelolaan Pengetahuan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal, juga menjadi fokus penting bagi Setyo. Ia percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memberikan pilihan dan peluang yang lebih baik bagi masyarakat.