Bambang Eko B.Y

Bambang Eko B.Y. adalah seorang profesional yang berpengalaman dan memiliki latar belakang yang beragam, lahir pada tanggal 21 Oktober 1967 di Jakarta. Dengan gelar Sarjana Hukum yang diperoleh pada tahun 1998, Bambang Eko telah mengejar pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan keterampilan melalui berbagai pelatihan, termasuk kursus Manajer Keamanan dengan PT. PROTECOM pada tahun 2002 dan Civic Education for Future Indonesia Leader (CEFIL) pada tahun 1997.

Sejak tahun 2019, Bambang Eko telah menjabat sebagai Deputi Direktur Tanggap Bencana di Yayasan Penabulu, menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan masyarakat dan respons terhadap bencana. Perannya yang mencolok sebagai Team Leader dalam berbagai proyek, termasuk penyelesaian konflik di area pertambangan, pemetaan partisipatif di daerah terpencil, dan upaya bantuan bencana di daerah yang terkena gempa dan tsunami menegaskan kontribusinya dalam memfasilitasi proses kolaboratif yang memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan alokasi sumber daya.

Selain itu, Bambang Eko juga terlibat dalam upaya konservasi lingkungan dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, bekerja sama dengan organisasi seperti WWF dan Yayasan PEKA Indonesia. Sebagai Manajer Program, ia telah memimpin inisiatif untuk memperkuat kerangka institusional dan mempromosikan praktik-praktik yang bertanggung jawab di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan.

Di luar pekerjaannya, Bambang Eko dikenal karena integritasnya, ketahanannya, dan dedikasinya yang teguh terhadap penyebab kemanusiaan. Kemampuannya untuk menavigasi lanskap sosial-politik yang kompleks dan memfasilitasi kemitraan inklusif menegaskan keefektifannya sebagai pemimpin dan agen perubahan.

Secara keseluruhan, Bambang Eko B.Y. adalah individu yang berbakat dan didorong oleh tujuan yang mendalam untuk melayani masyarakat, melindungi lingkungan, dan mempromosikan keadilan sosial. Pengalamannya yang luas, ditambah dengan semangatnya dalam advokasi dan pembangunan kapasitas, menjadikannya sebagai aset berharga dalam menciptakan dampak positif dan meningkatkan ketahanan dalam menghadapi tantangan.

Febrilia Ekawati

Febri adalah seorang individu yang bersemangat dan berdedikasi dalam memperjuangkan isu lingkungan dan sosial, meskipun latar belakang pendidikannya adalah dari Fakultas Pertanian. Dari tahap awal pendidikannya di TK hingga meraih gelar sarjana, dia telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia pendidikan di Lampung.

Kecintaannya pada pembelajaran lintas disiplin ilmu seperti hukum dan sosial membuatnya memiliki wawasan yang luas dan mendalam dalam memahami berbagai isu yang kompleks. Namun, tidak hanya berhenti pada aspek akademis, Febri juga aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil sejak tahun 2006, dimulai dari JWJL Lampung, Serikat Tani Indonesia, hingga Perkumpulan Telapak.

Puncak kiprahnya dalam organisasi terjadi ketika dia bergabung dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) pada tahun 2010. Menjabat sebagai direktur eksekutif YKWS sejak 2017, dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat terutama dalam hal pendidikan lingkungan dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.

Di samping itu, Febri juga terlibat dalam advokasi kebijakan di sektor anggaran, dengan fokus pada audit sosial bersama masyarakat. Namun, tantangan utamanya adalah minimnya dukungan dari masyarakat terhadap gerakan advokasi tersebut, terutama dalam hal transparansi anggaran di Provinsi Lampung.

Ketertarikan khusus Febri pada advokasi kebijakan dan upayanya dalam memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap perubahan positif bagi masyarakat Lampung. Dengan kepemimpinan dan dedikasinya yang terus-menerus, dia terus berusaha untuk meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup masyarakat melalui berbagai program dan inisiatif yang dijalankan oleh YKWS dan Blue Seed Indonesia, organisasi yang dia dirikan pada tahun 2022 dan di mana dia kini menjabat sebagai ketua dewan pengawas.

Muchamad Awal

Awal, seorang yang awalnya pendiam dan menghabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat, mulai menunjukkan perubahan ketika memasuki masa SMA. Di saat itu, dia mulai aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Pada tahun 1997, Awal memulai perjalanan kuliahnya di Kampus Universitas Indonesia, mengambil jurusan Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya. Tak hanya itu, dia juga menjalani kuliah S1 Manajemen di STIE Adhi Niaga Bekasi.

Selama masa kuliahnya, Awal sangat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan ikut berperan dalam Gerakan 98, sebuah gerakan mahasiswa yang bersejarah di Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, Awal mulai terlibat dalam dunia kerja dengan bergabung di posko Mapala UI dan Yayasan Bumoe Leuseur di Aceh. Di sana, Awal dan timnya memberikan layanan penting seperti penyediaan data kondisi para penyintas dan pembuatan database menggunakan metode pemetaan GIS.

Awal berhasil menjalin kemitraan dengan organisasi besar seperti UNOCHA, UNICEF, UNHCR, dan UPC (Urban Poor Consorsium) antara tahun 2005-2008. Pelayanan yang mereka berikan meliputi asesor, survei, konsultasi, dan pendampingan dalam berbagai bidang seperti kehidupan berkelanjutan, pertanian, lingkungan, permakultur, dan mitigasi bencana. Selama dekade terakhir, mereka telah bekerja dengan lebih dari 80 mitra, termasuk komunitas dan perusahaan swasta.

Awal sangat memperhatikan masyarakat di daerah terpencil, terutama keluarga-keluarga yang tinggal di daerah dengan akses minim. Dia menyadari bahwa budaya pemerintah yang cenderung menyamaratakan kebijakan secara nasional seringkali menimbulkan kesenjangan di daerah-daerah terpencil tersebut. Awal berpendapat bahwa kebijakan pemerintah seharusnya lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Dia percaya bahwa mengakomodasi kebijakan lokal ke dalam kebijakan nasional akan menguatkan kearifan lokal dan memperkuat persatuan bangsa. Di setiap langkahnya, Awal berusaha untuk menyelaraskan kebijakan nasional dengan realitas lokal, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi masyarakat di Indonesia secara keseluruhan.

Putu Hendra Wijaya

Hendra adalah seorang profesional yang berbakat dan berpengalaman dalam pengelolaan proyek, khususnya dalam konteks kajian isu kemanusiaan. Meskipun pendidikannya terhenti di fase penyusunan skripsi program S1 Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, namun ia telah mengembangkan keahliannya selama bertahun-tahun dalam berbagai organisasi dan proyek.

Selama lima tahun terakhir, Hendra telah menjadi bagian integral dari Yayasan “Pujiono Centre” Indonesia. Di sana, ia terlibat dalam memfasilitasi pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Desa Bersaudara, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh. Selain itu, perannya sebagai anggota Tim Fasilitator penilaian Indeks Ketahanan Daerah menunjukkan kontribusinya dalam upaya peningkatan ketahanan daerah, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai Pelaksana Harian Direktur Pujiono Centre, Hendra telah menunjukkan kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan proyek-proyek penting, termasuk “Locally-led Disaster Preparedness and Protection”. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab atas pengelolaan program dan menunjukkan dedikasi yang luar biasa terhadap misi organisasi.

Selain itu, Hendra juga terlibat dalam penelitian dan publikasi yang signifikan, bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Humanitarian Advisory Group, Oxfam in Indonesia, dan Palang Merah Australia. Kontribusinya terhadap Bencanapedia sebagai salah satu kontributor menunjukkan komitmennya terhadap berbagi pengetahuan dan memperluas akses terhadap informasi yang relevan dalam penanggulangan bencana.

Dalam perannya sebagai Communications & PR Manager, Hendra adalah wajah dari Pujiono Centre dalam berbagai forum dan jaringan kemanusiaan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kemampuannya dalam berkomunikasi dengan aktor-aktor kemanusiaan nasional dan internasional menjadi aset berharga bagi organisasi tersebut.

Secara keseluruhan, Hendra adalah seorang profesional yang memiliki kombinasi unik dari keahlian dalam pengelolaan proyek, kepemimpinan, komunikasi, dan keterlibatan dalam isu kemanusiaan. Dedikasinya terhadap penanggulangan bencana dan pembangunan masyarakat yang tangguh menjadikannya aktor penting dalam upaya-upaya tersebut.

Rony K. Pratama

Rony K. Pratama telah menyelesaikan gelar S1 dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan studi S2 di bidang Kajian Budaya dan Media di Universitas Gadjah Mada. Selama masa studinya, Rony juga mengikuti short course di Naresuan University, Thailand pada tahun 2013, dan di De La Salle University-Dasmariñas pada tahun 2014.

Dalam karirnya selama sepuluh tahun, Rony telah aktif di berbagai bidang, termasuk jurnalistik, kehumasan, dan penelitian media serta pedagogi kritis. Penelitian yang dilakukan oleh Rony meliputi bidang pedagogi kritis, kajian media, kajian budaya, dan digital humanities. Salah satu artikel ilmiah yang ditulisnya pernah dipresentasikan dalam acara 10th International Conference on Humanities, Psychology and Social Sciences di Berlin, Jerman.

Karya terbarunya termasuk buku berjudul “Manusia Tanpa Sekolah” yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2022, dan “Genealogi Hoaks Indonesia” yang diterbitkan oleh EA Books Mojok pada tahun 2021. Selain itu, tulisan-tulisan Rony juga telah diterbitkan di berbagai media, seperti Kompas, The Jakarta Post, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Solo Pos, Harian Analisa, Pewara Dinamika, serta media cetak dan daring lainnya.

Akbar Ali

Akbar Ali adalah seorang profesional yang memiliki pengalaman dan keahlian yang luas dalam berbagai bidang, termasuk Perencanaan Perkotaan dan Regional, Program WASH, Pengembangan Tenaga Kerja, dan Manajemen Lingkungan. Dengan latar belakang gelar Sarjana di bidang Perencanaan Perkotaan dan Regional dari Institut Teknologi Bandung, Akbar telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin proyek-proyek pembangunan yang kompleks.

Sebagai seorang Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran (MEL) Specialist, Akbar telah terlibat dalam merancang dan melaksanakan sistem M&E untuk proyek-proyek internasional seperti IFES Indonesia dan USAID INVEST DM 2.0. Kemampuannya dalam merancang proposal proyek dan menerapkan kerangka kerja pemantauan dan evaluasi yang logis telah membantu memastikan keberhasilan implementasi proyek.

Akbar juga memiliki pengalaman yang kuat dalam manajemen program dan kegiatan pengembangan masyarakat. Sebagai Senior Monitoring, Evaluasi, Penelitian, dan Pembelajaran (MERL) Specialist untuk Penabulu Foundation, ia telah memimpin evaluasi proyek-proyek berdampak besar seperti CO-EVOLVE 2 dan ECHO Green. Keahliannya dalam mengelola dan menganalisis data evaluasi telah membantu menyediakan wawasan berharga untuk perbaikan program dan kebijakan.

Dalam kariernya, Akbar telah berperan sebagai koordinator proyek, penasihat teknis, dan manajer program untuk berbagai organisasi dan lembaga, termasuk YAPPIKA-ActionAid dan PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk. Keterampilan komunikasinya yang kuat dan kemampuannya untuk bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan telah menjadi kunci kesuksesan proyek-proyek yang ia pimpin.

Dengan kualifikasi pendidikan yang kuat, keahlian yang luas, dan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, Akbar Ali merupakan sosok yang berharga dalam bidang pengembangan internasional dan manajemen program di Indonesia. Dedikasinya terhadap kemajuan masyarakat dan pengalaman praktisnya membuatnya menjadi pemimpin yang efektif dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan yang kompleks.

Abdul Syukur Ahmad

Abdul Syukur Ahmad adalah seorang pakar lingkungan dan sosial yang berpengalaman luas dalam pengelolaan hutan dan lingkungan. Dengan gelar sarjana Kehutanan dari Universitas Hasanuddin, Abdul memiliki keahlian dalam perencanaan strategis, implementasi proyek, dan kerangka manajemen lingkungan dan sosial. Dia dikenal sebagai individu yang berdedikasi, analitis, dan memiliki kepekaan terhadap isu-isu lingkungan dan masyarakat. Dengan latar belakangnya yang kaya dan kerja kerasnya, Abdul telah berkontribusi secara signifikan dalam berbagai proyek nasional dan internasional.

Abdul Syukur Ahmad telah memiliki pengalaman kerja yang beragam dan mendalam dalam berbagai organisasi, baik nasional maupun internasional. Sebagai contoh, ia telah menjabat sebagai Program Manager di Sulawesi Community Foundation selama sepuluh tahun (2009-2019), di mana ia mengembangkan dan memfasilitasi implementasi proyek serta program pelatihan untuk masyarakat dan pemangku kepentingan di wilayah Sulawesi. Selain itu, ia juga bekerja sebagai Technical Expert untuk Forest Finest Consulting GmBh – Forest Stewardship Council (FSC) dari Desember 2019 hingga November 2020, melakukan penelitian dan penilaian terhadap pelanggaran yang terkait dengan kegiatan hutan. Pengalaman Abdul mencakup berbagai peran dan tanggung jawab di berbagai organisasi, menunjukkan dedikasinya yang kokoh terhadap pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Abdul Syukur Ahmad telah memberikan layanan jasa kepada sejumlah organisasi ternama di bidang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh, dia bekerja sebagai National Expert Contractor untuk PRIMAKLIMA e.V. pada November 2019, melakukan survei dan wawancara pemangku kepentingan terkait proyek restorasi ekosistem. Dia juga bertugas sebagai National Technical Expert untuk TUV NORD CERT GmBh pada tahun 2019, yang melibatkan validasi proyek restorasi mangrove di Aceh dan Sumatera Utara. Selain itu, Abdul bekerja dengan Forest Stewardship Council (FSC) sebagai Independent Technical Expert dari Desember 2019 hingga November 2020, melakukan penelitian dan analisis terhadap pelanggaran kebijakan terkait aktivitas hutan. Kontribusinya telah berdampak positif pada pembangunan berkelanjutan di berbagai wilayah.

Abdul Syukur Ahmad memiliki ketertarikan khusus dalam keberlanjutan lingkungan dan pembangunan masyarakat. Dia memiliki fokus yang kuat pada keadilan sosial dan pelestarian lingkungan, terutama dalam konteks pengelolaan hutan dan sumber daya alam. Meskipun memiliki keahlian yang kuat dalam bidangnya, Abdul juga menyadari bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan kolaborasi lintas sektor dan partisipasi masyarakat yang kuat. Dia terbuka untuk belajar dan terus mengembangkan pemahamannya tentang isu-isu kompleks ini serta berkomitmen untuk mencari solusi yang berkelanjutan bagi tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapi masyarakat.

 

Eko Sujatmo,S.E.

Eko Sujatmo, SE, seorang Spesialis Tata Kelola Desa di Perkumpulan Desa Lestari, Yogyakarta. Dia lahir pada 4 Maret 1983, memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi. Keahliannya mencakup pemberdayaan masyarakat, fasilitasi pelatihan, dan advokasi kebijakan. Karakternya mencerminkan dedikasi, keuletan, dan keterampilan dalam membangun kemitraan dengan pemerintah dan elemen masyarakat. Sebagai pemimpin program, dia menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan desa.

Eko Sujatmo telah mengakumulasi pengalaman kerja organisasional yang luas selama bertahun-tahun. Dia mulai sebagai volunter pada program “Strengthening Civic Value: Ecosoc Right and Democratic Governance” pada 2010. Selanjutnya, dia menjadi volunter untuk PNPM Peduli pada 2011, mengambil peran dalam “Empowerment Farmer Bargaining Power to Improve Sustainable Community Livelihood”. Pada 2012, dia menjadi Fasilitator Kelompok Pengelola Hutan Rakyat Lestari. Dari 2013 hingga 2015, dia bekerja sebagai Pendamping Lokal Unit Pengelola Kegiatan di PNPM Mandiri. Sejak 2015, Eko telah menjabat dalam berbagai posisi di Perkumpulan Desa Lestari, termasuk sebagai Pendamping Desa, Tim Penulis Buku, Spesialis Kebijakan Desa, hingga Program Manager Pengembangan BUMDes. Pengalamannya yang kaya ini mencerminkan dedikasinya dalam memperkuat masyarakat desa dan mengembangkan keberlanjutan lokal.

Eko Sujatmo telah memberikan layanan jasa yang signifikan melalui berbagai organisasi. Sebagai bagian dari Perkumpulan Desa Lestari sejak Oktober 2015, dia telah memperkuat pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan, dan membangun kemitraan dengan pemerintah serta organisasi lokal. Dia juga menginisiasi dan memfasilitasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) sebagai upaya pengembangan ekonomi lokal. Selain itu, melalui kolaborasi dengan Yayasan Saemaul Globalisasi Indonesia, PALUMA Nusantara, Jaringan Nelayan (JALA), dan Djarum Foundation, Eko telah memberikan kontribusi dalam pengembangan pembangunan desa, kelestarian lingkungan, dan penguatan ekonomi lokal di berbagai daerah, seperti Gunungkidul, Kudus, dan Tanjung Batu. Ini mencerminkan dedikasinya dalam memberikan layanan jasa yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.Eko Sujatmo memiliki ketertarikan khusus dan komitmen yang kuat terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Keberpihakannya jelas terlihat dalam upayanya memperkuat tata kelola pemerintahan desa, memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak terkait. Namun, mungkin ada keterbatasan atau tantangan yang dihadapi, seperti kemungkinan terbatasnya sumber daya atau aksesibilitas di daerah pedesaan. Meskipun demikian, kesungguhan dan dedikasinya terhadap pekerjaannya tampaknya menjadi pendorong utama dalam mengatasi hambatan dan memberikan dampak positif bagi komunitas lokal. Eko Sujatmo juga mungkin memiliki keinginan untuk terus belajar dan berkembang dalam bidang pengembangan desa dan keberlanjutan.

Budi Santosa SIP, MM

Budi Santosa SIP, MM, adalah konsultan independen dalam isu keberlanjutan untuk profit dan non-profit. Dengan latar belakang pendidikan sarjana dalam Ilmu Politik dari Universitas Pasundan Bandung dan gelar Magister Manajemen dengan fokus pada Keberlanjutan Perusahaan dari Universitas Trisakti Jakarta, Budi menonjol dengan kepemimpinan dan keterampilan manajerialnya. Sifatnya yang penuh semangat terhadap keberlanjutan tercermin dalam dedikasinya dalam proyek-proyek yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Komitmen serta kemampuannya dalam menghubungkan sektor profit dan non-profit menjadikannya aset berharga dalam mencapai tujuan bersama dalam pembangunan berkelanjutan.

Budi Santosa telah mengakumulasi pengalaman kerja yang luas dalam berbagai organisasi dengan peran yang berbeda-beda. Dia memulai karirnya di sektor swasta sejak 23 tahun yang lalu sebelum beralih ke sektor non-profit pada tahun 2008. Di antara perannya yang paling mencolok, Budi pernah menjabat sebagai Development Director di The Nature Conservancy Indonesia (TNC), kemudian sebagai Executive Director di Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD). Selain itu, ia juga pernah menjadi Project Director di Crop Life Indonesia, Business Development Manager di Indonesia Institute for Energy Economics (IIEE), serta Fundraising Manager di Greenpeace Indonesia. Dalam rentang karirnya, Budi telah terlibat dalam proyek-proyek penting seperti Conflict Resolution Unit, Tropical Forest Alliance 2020, dan Green Lifestyle, yang semuanya bertujuan untuk mempromosikan keberlanjutan dan pembangunan berkelanjutan dalam konteks sosial, ekonomi, dan lingkungan.Budi Santosa telah memberikan layanan jasa yang beragam dalam berbagai organisasi, menunjukkan komitmen dan kontribusinya terhadap berbagai isu keberlanjutan. Dia telah bekerja dengan organisasi ternama seperti The Nature Conservancy Indonesia (TNC), Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Crop Life Indonesia, Greenpeace Indonesia, dan banyak lagi. Di antara layanan yang dia berikan adalah pengembangan strategi penggalangan dana, pengembangan bisnis sosial, manajemen konflik, serta pengembangan pedoman dan panduan untuk praktik bisnis yang berkelanjutan. Contoh dari output layanan yang diberikan termasuk peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya mediasi dalam penyelesaian konflik, partisipasi dalam inisiatif global seperti Tropical Forest Alliance 2020, dan penerapan praktik bisnis yang bertanggung jawab dalam industri pertanian dan lingkungan. Semua layanan ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan di tingkat global.

Budi Santosa menonjol dengan ketertarikan khususnya pada isu-isu keberlanjutan, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Keberpihakannya jelas terlihat dalam perannya sebagai konsultan independen, di mana ia berusaha untuk membantu profit dan non-profit dalam mencapai tujuan berkelanjutan. Meskipun memiliki latar belakang yang kuat dalam manajemen dan pemasaran, Budi sadar akan keterbatasannya dan terus belajar untuk mengatasi tantangan yang kompleks dalam menghadapi isu-isu keberlanjutan. Meskipun demikian, semangatnya yang besar dalam mengembangkan solusi inovatif dan berkelanjutan telah menginspirasi banyak pihak dan membantu menghasilkan dampak positif yang signifikan dalam masyarakat dan lingkungan.

 

Anggoro Budi Prasetyo

Anggoro beberapa teman memanggil Angie, lahir di Magelang, sarjana Arkeologi seringkali dibilang sarjana batu akik dengan gelar magisternya di bidang penanggulangan bencana. Anggoro seorang yang ramah dan supel, mudah bergaul serta tidak tegaan bahkan sebagian orang mengatakan tidak tegas kalau berhubungan dengan urusan personal. Namun kalau untuk urusan kelembagaan dia akan bisa sangat tegas.  Relasinya dengan teman-teman sejawat di pekerjaan sosial maupun dengan pemerintah dan masyarakat tidak diragukan lagi. 

Sejak masih mahasiswa di tahun 1997 sudah terlibat dalam kegiatan Mapala dan juga beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya. Hal itu yang mendorongnya dalam kerja-kerja organisasional lainnya di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setelah dari beberapa Pusat Studi di kampusnya sebagai asisten peneliti. Tahun 2003 bergabung dengan LSM yang bergerak di isu gender sebagai CO hingga menjadi koordinator dan PLH ketua lembaga. Kemudian di tahun 2013 dipercaya sebagai direktur LSM yang bergerak di isu gender dan kebencanaan. Dan di tahun 2018 berpindah ke LSM yang isu utamanya kebencanaan, humanitarian dan perubahan iklim. Karena dedikasinya di dalam pengarusutamaan gender di DIY, dia mendapatkan anugerah Gender Champions dari Pemerintah DIY di tahun 2019. Sempat menjadi Koordinator maupun presidium di beberapa jejaring seperti Gender Working Group (GWG) DIY dan Forum Suara Korban Bencana, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY sampai sekarang.

Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Selama masa kuliah, Anggoro sudah terlibat dalam beberapa pekerjaan di kampusnya sebagai asisten profesor untuk program studi S2, kemudian tergabung dalam Pusat Studi Asia Pasifik dari tahun 2005 sebagai pendamping masyarakat, sekaligus asisten peneliti di daerah Segara Anakan Kampung Laut Cilacap dekat Nusakambangan. Pendampingan dilakukan dengan fokus penyadaran masyarakat terkait dengan lingkungan mangrove yang mulai mengalami kerusakan. Dan mulai penasaran dengan salah satu program LSM di wilayah tersebut yang mendiskusikan tentang gender dan globalisasi menjadikan dia berabung dengan LSM IHAP di tahun 2005. Sebagai staf CO atau pengorganisasian kegiatan pendampingan dilakukan kembali di wilayah dampingan LSM IHAP tersebut. Sebagai fasilitator gender dan HKSR serta pengarusutamaan gender dilakukan sejak tahun 2006 hingga sekarang baik di komunitas maupun di pemerintahan. Selain itu juga sejak tahun 2006 pula menjadi fasilitator manajemen pengurangan risiko bencana hingga sekarang baik untuk di komunitas maupun pemerintah dan LSM. Terlibat sebagai seorang fasilitator nasional BNPB sejak tahun 2015 hingga sekarang.

Hal yang cukup unik dari seorang Anggoro dikenal sebagai direktur berbagai lembaga, dikarenakan selain sebagai koordinator di IHAP, kemudian sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana dan Koordinator Bidang di Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY. Setelah itu diminta untuk menjadi Direktur di LSM Aksara bersamaan sebagai koordinator GWG Jogja, lalu tahun 2018 diminta sebagai Direktur Pujiono Centre hingga sekarang. Hal tersebut harus dilakukan karena ketertarikannya dalam isu kebencanaan, perubahan ikilim, humanitarian serta pengarusutamaan gender terutama dalam perencanaan penganggaran yang responsif gender. Di isu-isu tersebutlah kiprahnya dilakukan dengan sungguh-sungguh, namun tidak mengurangi ketertarikan untuk belajar di isu-isu lainnya yang tetap dilakukan hingga saat ini.